Jumat, 27 Januari 2012

SANTRI dalam sorotan

Ach. Hidayatul Arifin Hasan
Tidak asing lagi bagi kita, bahwa santri adalah sosok pelajar agama yang senantiasa tekun melakukan perintah Alloh dan menjauhi larangannya. Santri identik dengan pelajar sarungan dan tidak pernah lepas dari kopiah putihnya, dan tasbih selalu ada di tangannya. Di mata masyarakat santri dianggap orang yang putih dan bersih dari dosa, sehingga tidak heran kalau masyarakat dulu jika kiyai tidak ada maka santrilah yang bisa menggantikan posisinya. . Tidak jarang di kalangan  masyarakat tradisional ketika salah satu keluarganya sakit maka mereka pergi ke salah satu santri terdekat untuk meminta air barokah untuk kesembuhan keluarganya tadi. mau mengadakan haul atas selamettan maka mesti mereka mengundang santri untuk mendoakannya, hal itu karena mereka menganggap bahwa santri bisa segala-galanya

Tapi apakah hal itu masih berlaku pada masa sekarang ? Benarkah santri saat ini tetap seperti diatas ? sebuah pertanyaan besar yang menjadi tantangan tersendiri bagi santri itu sendiri. Disini penulis akan melihat dan menelaah eksisitensi santri saat ini dari beberapa sudur pandang.
1. Tujuan masyarakat.
pada masyarakat saat ini (masyrakat modern) jauh berbeda sekali dengan masyarakat saat dulu (masyakat klasik/tradisional), kalau pada saat dulu orang tua memasukkan anaknya ke dalam pondok pesantren murni untuk belajar agama (disamping khidmat pada kiyai) dan tidak ada batas waktu yang tidak ditentukan. sehingga santri ada di pondok pesantren hingga ada yang puluhan tahun baru berhenti (boyong). Itu pun kalau sudah mau nikah dan mendapat restu dari kiyai. Berbeda dengan orientasi orang tua saat ini, mereka memasukkan anaknya ke dalam pondok pesantren dengan ada batas waktu tertentu, seperti setelah mendapatkan ijazah sekolah formal. Jadi orang tua sudah tidak berorientasi lagi pada ilmu tapi pada ijazah formal itu sendiri.Akibatnya anak yang keluar dari pondok pesantren masih tidak jelas disiplin keilmuannya. sehingga ketika mereka terjun di tengah-tengan masyarakat merasa minder, karena merasa tidak mampu.
2. Pondok pesantren
Pondok pesantren saat ini rata-rata sudah melaksanakan pendidikan formal, mulai dari tingkat ibtidaiyah, tsanawiyah , aliyah dan bahkan perguruan Tinggi. Hal ini memang sebuah tuntutan pada pesantren dari masyarakat modern saat ini. Sehingga kalau kita lihat Pondok Pesantren yang tetap pada kesalafannya (maaf bukan berarti penulis menganggap yang ada formalnya sudah tidak salaf lagi) tidak mendirikan pendidikan formal sedikit demi sedikit sudah mulai ditinggal oleh masyarakat.
Akan tetapi Kiyai dangan semua stekholdernya harus bisa mensiasati situasi saat itu. Karena walau bagaimanapun pendidikan keagamaan harus menjadi prioritas pesantren. Memang benar anggapan sebagian orang bahwa santri setelah keluar dari pesantren tidak semuanya menjadi kiyai. Itu benar karena jabatan profesi atau pekerjaan apapun itu sudah ada ketentuan dai-Nya, akan tetapi pangkat apapun yang akan mereka sandang tetap mempertahankan nilai-nilai santri itu sendiri.Bagaimana mereka bisa menjadi petani yang santri, Pegawai Negeri yang santri, hakim yang santri dan lain sebagainya.

3. Alokasi Waktu
Seperti kita ketahui bersama bahwa alokasi waktu belajar santri antara pendidikan formal dan non formal, lebih banyak untuk pendidikan formal. Santri mulai jam 06.30 WIB sudah harus siap-siap untuk masuk sekolah formal, baik yang tingkat ibtidaiyah, Tsanawiyah atau pun yang aliyah, dan baru keluar dari sekolah setelah jam 12.00. jadi sekita 06 jam stengah dihabiskan untuk pendidikan formal. Sementara untuk non formal hanya mulai jam 15.30  WIB sampai 16.45 WIB. waktu yang relatif sedikit. memang selain sekolah di non formal seperti diatas masih ada tambahan belajar seperti ngaji kepada kiyai, munadloroh, muroja'ah dan lain lain, akan tetapi keefektifannya masih dipertanyakan.
4. Minat belajar santri
Kitab kuning kalau dulu menjadi target santri dalam sebuah pondok pesantren. sehingga santri dianggap berhasil kalau sudah mumpuni dalam membaca dan memahami kitab kuning. santri harus bersabar bertahun-tahun berada di pondok pesantren kalau masih belum merasa bisa membaca kitab kuning. untuk saat ini hal itu jarang sekali kita temukan, bahkan bisa dianggap minim sekali. Entah kenapa? barang kali hal itu akibat dari tujuan diatas atau memang keadaan sudah berubah. memang kita akui bahwa jarang sekali sekarang kalau ada santri keluar dari pondok pesantren ditanyakan sudah bisa baca kitab kuning apa enggak? tapi pertanyaan yang muncul di masyarakat yaitu " Udah punya Ijazah apa' ? Sudah sarjana ? dan lain lain.













 

Rabu, 25 Januari 2012

Nabi Muhammad Manusia pari purna( insan kamil)

Siapakah Muhammad Saww.?
Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu diperjelas sudut pandang kita dalam melihat pribadi Nabi Muhammad Saww. Dari sisi mana kita memandang beliau. Karena tanpa itu, kita akan terjebak pada pandangan yang dingin terhadap beliau yakni suatu pandangan yang tanpa muatan penyucian (taqdis) dan penghormatan (tasyrif). Bahkan terkadang memandangnya hanya sebagai satu sosok manusia yang bernyawa, makan, minum, nikah, dan akhirnya mati. Titik.
Lalu, bagaimana seharusnya kita memandang pribadi Rasulullah Saww.? Memang, Rasulullah Saww. adalah seorang manusia sebagaimana saudara-saudaranya dari keturunan Adam. Akan tetapi, bukankah justru kemanusiaan seorang manusia tidaklah dilihat dari unsur jasmaninya (fisik)? Karena melihat manusia dari sisi jasmaninya, tidaklah lebih dari binatang yang juga bernyawa, makan, minum, nikah, dan mati.
Dengan demikian, kita harus melihat manusia dari sisi ruhani atau spiritualnya. Karena dari sisi inilah, manusia lebih mulia dari binatang. Dalam hal ini derajat manusia berbeda-beda.
Jika manusia dipandang dari sisi jasmaninya saja, kita tidak boleh membedakan seorang manusia dari manusia lain atau satu golongan manusia dari golongan lainnya, sebab manusia secara substansial adalah sama. Perbedaan fisik yang ada, sifatnya hanya aksidental, seperti warna kulit, ras, etnis, dan lain-lain.
Tidak demikian halnya, bila dipandang dari sisi ruhani, manusia mempunyai perbedaan dan tingkatan-tingkatan kemuliaan.
Allah Ta’ala berfirman : "Wahai manusia, Kami ciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian, adalah yang paling takwa." (QS Al-Hujurat : 13).
"Allah mengangkat orang-orang yang berIman dan berilmu pengetahuan di antara kalian beberapa derajat." (QS Al-Mujadalah : 11).
Ayat pertama ingin menekankan bahwa perbedaan jenis kelamin, warna kulit, dan bangsa merupakan pertanda kebesaran Allah Ta’ala dan jangan dijadikan sebagai penyebab yang satu lebih mulia dari yang lain. Karena kemuliaan hanya dilihat dari ketakwaan, yang merupakan ciri spiritualitas seseorang, dan bukan dilihat dari ciri-ciri fisikal.
Demikian pula ayat kedua menjelaskan bahwa ketinggian derajat manusia diukur dari iman dan ilmu. Keduanya merupakan bagian dari unsur ruhani.
Jadi, andaikan saja kita tidak boleh melihat dan membedakan manusia dari unsur jasmani, maka alangkah naifnya jika kita melihat Rasulullah Saww dari sisi jasmani.
Kita harus melihat Nabi dari sisi ruhani, sehingga akan jelas siapa sebenarnya beliau : apakah beliau seperti manusia lainnya ?
Kemudian, apakah pantas kita mengatakan bahwa Muhammad Saww sama dengan kita, hanya karena beliau adalah manusia ?
Apabila kita bermaksud membicarakan pribadi Rasulullah saww, maka harus kita jauhkan unsur jasmaninya. Sebab jika tidak, berarti kita membicarakan – maaf-maaf – unsur kebinatangannya. Sehingga dengan menjauhkan unsur jasmaninya, kita dapat mendudukkan beliau pada proporsi yang sesuai dengan ketinggian ruhaninya.
Memang kita yakini, dari sisi jasmaninya pun beliau mempunyai banyak kelebihan, dan itu merupakan percikan sekian persennya saja dari kemuliaan ruhaninya yang sangat agung.
Nabi Muhammad Saww dalam Pandangan Allah Ta’alah
Lantaran keterbatasan dan kerendahan spiritual kita (manusia selain Rasulullah), maka sulit bagi kita untuk mengetahui siapakah Nabi Muhammad Saww itu ?
Benar adanya, apa yang dikatakan Imam Al-Bushiri dalam salah satu bait syair pujian beliau terhadap Rasulullah, yang termuat dalam kitab Al-Burdah, beliau berujar :
"Sungguh, keutamaan Rasulullah tiada dibatasi dengan batas yang dapat diungkap mulut manusia."
Yang paling layak dan benar melihat dan menilai Rasulullah Saww adala yang menciptakan beliau sendiri, yaitu Allah Ta’ala.
Marilah kita lihat bagaimana Allah Subhana wa Ta’ala memandang Rasulullah Saww.
  1. Dalam banyak ayat Alquran diterangkan, bahwa Muhammad adalah seorang nabi dan utusan Allah. Ini merupakan suatu kemuliaan yang tidak sembarangan orang dapat menggapainya.
  2. Kenabian adalah kedudukan spiritual yang sangat tinggi. Hanya manusia-manusia tertentu yang meraihnya. Dengan kedudukan ini, beliau dapat berkomunikasi langsung dengan Allah. Bahkan lebih dari itu, beliau telah mengalami perjalanan spiritual dan fisik yang tidak pernah dialami seorang manusia pun sebelum dan sesudahnya, yaitu Isra’ dan Mi’raj. Saya kira dengan pengangkatan Muhammad Saww, sebagai Nabi dan Rasul, cukup menjadi bukti bahwa beliau benar-benar mulia dan patut dimuliakan dan diagungkan, serta tidak bisa disetarakan dengan manusia lainnya.
    Begitu tingginya kedudukan beliau, sampai-sampai Allah menyertakan ketaatan kepada Nabi dengamn ketaatan kepada-Nya, dan mengikuti Nabi adalah syarat kecintaan kepada-Nya (Lihat Alquran, 3 : 31).
    Setelah itu, apakah kita pantas mengatakan bahwa Nabi sama dengan kita, hanya karena beliau seorang manusia ?
  3. Dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 21, Allah Ta’ala berfirman : "Sungguh bagi kalian pada diri Rasulullah terdapat suri teladan yang baik, bagi orang yang mengharapkan (ridha) Allah dan hari akhirat, serta banyak berzikir."
  4. Dalam Alquran surat Al-Qalam ayat 4, Allah Ta’ala berfirman : "Sesungguhnya engkau berada pada akhlak yang agung."
  5. Dalam surat At-Taubah ayat 128, Allah Ta’ala berfirman : "Sungguh telah datang kepada kalian seorang rasul dari (jenis) kalian. Berat terasa olehnya penderitaan kalian, yang sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian. Amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin."
  6. Dalam surat Al-Insyirah ayat 4, Allah berfirman : "Dan Kami tinggikan sebutanmu (Muhammad Saww)."
Demikian pula, masih banyak ayat lainnya yang mengungkapkan keagungan Rasulullah Saww yang tidak mungkin dicantumkan semua dalam lembaran yang sangat terbatas ini.
Ungkapan-ungkapan di atas dan yang sejenisnya dalam Alquran keluar dari perkataan Sang Pencipta seluruh alam semesta. Sudah jelas, semua itu bukan sekadar basa basi, yang acapkali dilakukan oleh manusia ketika memuji yang lain. Karena Allah sama sekali tidak berkepentingan untuk menyanjung, dengan sanjungan yang sifatnya basa-basi atau mencari muka.
Seluruh ungkapan di atas benar-benar menjelaskan fakta yang sesungguhnya bahwa Nabi Muhammad Saww sebagai suri teladan untuk umat manusia. Beliau adalah seorang yang berakhlak agung dan luhur, dan beliau adalah seorang yang sangat penyayang dan pengasih terhadap umatnya. Adakah pujian dan sanjungan yang lebih tulus dan lebih benar, dari pujian dan sanjungan-Nya ?
Kalau saja Allah sedemikian tinggi memuji Rasulullah Saww lantas apakah kita diam tidak mengikuti sunatullah, karena alasan khawatir terjerembab ke dalam pengkultusan individu ?

Nabi Muhammad Saww Menurut Hadis
Ketinggian dan kebesaran Nabi Muhammad Saww banyak dikutip dalam berbagai kitab hadis. Kajian tentangnya membutuhkan tulisan yang khusus dan luas.
Mengenai keagungan dan kebesaran Nabi Muhammad Saww dapat kita lihat dalam kitab-kitab hadis dan sejarah beliau. Dalam lembaran yang sangat terbatas ini, hanya akan dikutip sebagian kecil saja dari hadis-hadis yang menceritakan ketinggian dan kebesaran beliau antara lain :
  1. Abu Abdillah Ja’far Ash-Shadiq as berkata, "Suatu malam Rasulullah saww berada di rumah Ummu Salamah ra, salah seorang isteri beliau. Beliau mendatangi isterinya tersebut di tempat tidurnya. Kemudian beliau melakukan hubungan dengannya sebagaimana layaknya beliau lakukan dengan isteri-isteri lainnya.
  2. Setelah itu, Ummu Salamah mencari-cari beliau di sekitar rumahnya, sampai ia menjumpai beliau di sudut kamarnya dalam keadaan berdiri mengangkat kedua tangannya sambil menangis dan berucap :
    "Ya Allah, janganlah Engaku renggut kebaikan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku selama-lamanya.
    "Ya Allah, janganlah Engkau hibur daku dengan seorang musuh, dan janganlah pula dengan seorang yang dengki selamanya.
    "Janganlah Engkau kembalikan daku kepada kejelekan, yang telah Engkau selamatkan daku darinya selama-lamanya.
    "Ya Allah, janganlah Engkau jadikan daku berserah diri kepada diriku sendiri, walau sekejap pun untuk selama-lamanya."
    Kemudian Ummu Salamah berpaling sambil menangis, hingga Rasulullah pun berpaling, lantaran mendengar tangisan isterinya tersebut. Lalu beliau bertanya kepadanya, "Gerangan apa yang menyebabkan engkau menangis, wahai Ummu Salamah ?"
    Ummu Salamah menjawab, "Demi ayah dan ibuku, bagaimana aku tidak menangis, sementara Tuan – dengan kedudukan yang telah Allah berikan kepada Tuan sekarang, yang mana Allah telah menjamin Tuan dengan ampunan atas dosa-dosa Tuan yang telah lalu dan yang akan datang – masih memohon kepada-Nya, agar Dia tidak mengembalikan Tuan dalam kejelekan yang Tuan telah diselamatkan-Nya darinya untuknya selama-lamanya, dan agar tidak menjadikan Tuan berpasrah diri kepada diri Tuan sendiri walau sekejap pun, untuk selama-lamanya ?"
    Rasulullah Saww balik bertanya, "Wahai Ummu Salamah, apa yang dapat menjadikan aku aman (dari azab Tuhan) ? Sungguh Yunus bin Matta telah berserah diri kepada dirinya sendiri untuk sekejap mata, maka terjadilah apa yang pantas terjadi pada dirinya."
  3. Al-Husein bin Ali, ketika menjelaskan tentang kekhusyukan Rasulullah saww dalam shalatnya, beliau berkata : "Rasulullah Saww menangis hingga air matanya membasahi tempat shalatnya. Tidak syak lagi hal itu disebabkan rasa takut beliau kepada Allah Swt."
 
Nabi Muhammad Saww Menurut Pandangan Imam Ali bin Abi Thalib as.
Sengaja kami kutip komentar Imam Ali as mengenai Rasulullah Saww karena Ali adalah seorang sahabat yang paling dekat dengan beliau dan paling kenal kepada beliau.
Imam Ali bin Abi Thalib as ketika menerangkan pribadi Rasulullah Saww berkata :
"Ikutilah Nabimu yang paling baik dan suci. Karena pada dirinya terdapat suri teladan bagi yang meneladaninya, dan tempat berduka yang paling duka. Hamba yang paling Allah cintai, adalah orang yang meneladani Nabi-Nya dan yang mengikuti jejaknya.
"Dia telah melepaskan dunia dan tidak memedulikannya. Dia adalah penghuni dunia yang paling kurus dan paling sering lapar. Telah ditawarkan kepadanya dunia, namun dia enggan menerimanya. Dia mengetahui bahwa Allah tidak menyukai sesuatu, maka diapun tidak menyukainya. Allah meremehkan sesuatu, maka dia pun meremehkannya, dan jika Allah menganggap kecil sesuatu, maka diapun menganggapnya kecil.
"Sekiranya yang kita cintai adalah sesuatu yang Allah dan Rasul-Nya murkai, dan yang kita besarkan adalah sesuatu yang oleh Allah dan Rasul-Nya kecilkan, maka itu cukup menjadi bukti penolakan dan penentangan kita terhadap perintah Allah.
"Rasulullah Saww adalah orang yang makan di atas tanah, yang duduk laksana duduknya seorang budak, yang menambal sandalnya dengan tangannya sendiri, yang menjahit bajunya dengan tangannya sendiri, yang mengendarai keledai yang tak berpelana dan yang membawa tumpangan di belakangnya.
"Pernah suatu hari di atas pintu rumahnya dipasang tabir bergambar. Lalu beliau berkata kepada salah seorang isterinya, "Wahai `Fulanah, hilangkan tabir itu dariku, karena aku jika melihatnya, maka aku akan ingat dunia dengan segala keindahannya."
Dia berpaling dari dunia dengan hatinya, mematikan ingatan kepada dunia dari dalam jiwanya dan menyukai hilangnya hiasan dunia dari pandangannya, agar dia tidak menjadikan perhiasan darinya, menganggapnya kekal dan mengharapkan kesempatan darinya. Maka dia keluarkan (cinta) akan dunia dari jiwanya. Dia enyahkan hal itu dari dari hatinya, serta dia hilangkan semua itu dari perhatiannya."
Kesimpulan
Setelah kita melihat bagaimana tinggi dan agungnya pribadi Rasulullah Saww dari sisi ruhaninya, lantas apakah hati kita tidak tergerak untuk menyatakan kekaguman dan keterpesonaan terhadap beliau, dengan memuji dan menyanjungnya ?
Sungguh telah banyak orang yang terpesona dengan keindahan akhlak beliau dan berdecak kagum dengan kepribadian beliau sepanjang sejarah umat manusia. Kekaguman itu mereka ungkapkan ke dalam puisi-puisi, pembacaan-pembacaan maulud dan manaqib Rasulullah Saww.
Merekalah yang benar-benar memahami arti sebuah kebesaran dan keindahan. Entahlah kita, apakah termasuk dari orang yang enggan karena malu, atau karena hati yang keras, sehingga tidak mengenal arti keindahan dan kebesaran pribadi beliau, serta menganggap bahwa memuji dan menyanjung beliau sebagai pengkultusan individu ? []
Kitab Rujukan :
  1. Al-Quran Al-Karim dan terjemahnya, terbitan Departemen Agama RI
  2. Tashnif Nahj Al-Balaghah, karya Labib Baidhun
  3. Rasulullah Saww, karya Ali Muhammad Ali

Senin, 23 Januari 2012

Barokah dan Tabarruk


B A R O K A H
APA, DIMANA DAN BAGAIMANA ?


I.    BAROKAH

A. Definisi Barokah,

البركة: هي الزيادة والنماء من حيث لا يوجد بالحس ظاهرا
قال الرّاغب الأصفهانيّ: البركة ثبوت الخير الإلهيّ في الشّيء.

Barokah adalah : adanya kebaikan yang sifatnya ilahi dalam suatu perkara atau tindakan. Dengan demikian barakah tidak bisa terlihat langsung secara indrawi dan lahiriah namun terkadang bisa terasakan. Sesuatu yang dirasakan mempunyai nilai tambah padahal lahirnya tidak atau malah berkurang, dikatakan mempunyai barokah. Contohnya harta yang dizakati, lahirnya ia berkurang namun pada hakekatnya ia mempunyai barakah atau diberkati, karena kekurangan tersebut terkadang secara tidak langsung mendatangkan rizki yang lain.
Seorang yang mempunyai ilmu meskipun sedikit tapi bermanfaat bagi masyarakat, ini termasuk tanda-tanda ilmu tersebut diberkati. Demikian juga harta yang bisa termanfaatkan untuk kemasalahatan yang lebih banyak merupakan tanda-tanda diberkahi.

Ketika bayi nabi Muhammad SAW lahir, ia disusui oleh seorang ibu dari Bani Sa'ad bernama Halimah Sa'diyah. Bani Sa' ad adalah salah satu marga dari suku Quraish di Makkah. Sebelum kehadiran bayi Muhammad SAW, kondisi kehidupan Bani Sa'ad dalam keadaan paceklik yang tergambarkan pada kurusnya binatang ternak, keringnya kantong susu, ketidak­suburan tanah dan minimnya hasil tanaman.
Setelah bayi Muhammad SAW dibawa oleh Halimah ke kampung Bani Sa'ad, ternak berangsur gemuk, kantong susu ternak pun menjadi penuh, dan tanah berubah menjadi subur. Terutama kehidupan keluarga Halimah menjadi sejahtera.
Perubahan kondisi yang terjadi, diakui bahwa kehadiran bayi Muhammad SAW di Bani Sa' ad telah membawa barokah.

B. Beberapa Ayat al Qur'an mengenai Barokah :


تَبَارَكَ الَّذِي بِيَدِهِ الْمُلْكُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Maha Suci (Maha Barokah) Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Dan Al-Qur'an ini adalah kitab barokah (yang diberkati) yang Kami turunkan, maka ikutilah (ajaran)nya, dan bertaqwalah agar kamu disayangi (oleh Allah).


سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ

Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah komi anugerahkan barokah pada negeri/tempat sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari landa-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Isro' ayat 1)

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكاً وَهُدًى لِّلْعَالَمِينَ

Sesunguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah (Baitullah) yang di Bakkah (Makkah) yang dianugernhi barokah, dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. (QS. Ali Imron ayat 96).

Barokah itu suatu norma yang apanya, dimana dan bagaimananya sudah digariskan sedemikian rupa oleh Alloh serta dipraktekkan oleh Rasululloh SAW. Barokah itu bersifat universal, artinya semua pihak punya hak untuk diberi, punya kewajiban untuk meminta baik langsung atau dengan perantara. Oleh karena itu, ada dua cara  bagaimana kita mendapatkkan barokah, yaitu :

1.    Secara langsung, yaitu kita secara langsung memohon kepada Alloh,sebagaimana dianjurkan oleh Rasululoh dalam suatu hadits : أدع بالبركة    ( Berdoalah untuk mendapatkan barokah).(salah satu contoh do'a minta barokah dibawah ini :
اللهم بارك لنا فيما رزقتنا وقنا عذاب النار

2.    Tidak  langsung (perantara). Sebagaimana yang dicontohkan oleh para sahabat kepada rasululloh dalam rangka mendapatkan barokah (Hal ini akan dikaji dalam penjelasan tentang Tabarruk).


C. Pentingnya Barokah dalam kehidupan.

Kadang-kadang diantara kita kurang banyak memperhatikan pentingnya barokah dalam kehidupan, sehingga kehidupannya kurang begitu berarti, tidak bahagia, tidak msesuai dengan harapan  hanya karena faktor yang menurut kita hal yang sepele. Marilah kita kaji bersama beberapa ungkapan dari ulama' dibawah ini :

ما أكثر الناس الذين عندهم المال الكثير وهم في عداد الفقراء لماذا؟ لأنهم لا ينتفعون بما لهم، تجد عندهم من الأموال ما لا يحصى، لكن يقصر على أهله في النفقة، وعلى نفسه ولا ينتفع بماله، والغالب أن من كانت هذه حاله وبخل بما يجب عليه، أن يسلط الله على أمواله آفات تذهبها، كثير من الناس عنده أولاد لكن أولاده لم ينفعوه، عندهم عقوق واستكبار على الأب، حتى أنه ـ أي الولد ـ يجلس إلى صديقه الساعات الطويلة يتحدث إليه ويأنس به ويفضي إليه أسراره ـ لكنه إذا جلس عند أبيه، فإذا هو كالطير المحبوس في القفص ـ والعياذ بالله ـ لا يأنس بأبيه، ولا يتحدث إليه، ولا يفضي إليه بشيء من أسراره، ويستثقل حتى رؤية والده: فهؤلاء لم يبارك لهم في أولادهم.
أما البركة في العلم فتجد بعض الناس قد أعطاه الله علماً كثيراً لكنه بمنزلة الأمي فلا يظهر أثر العلم عليه في عباداته، ولا في أخلاقه ولا في سلوكه، ولا في معاملاته مع الناس، بل قد يكسبه العلم استكباراً على عباد الله وعلوًّا عليهم واحتقاراً لهم، وما علم هذا أن الذي منَّ عليه بالعلم هو الله، وإن الله لو شاء لكان مثل هؤلاء الجهال.
تجده قد أعطاه الله علماً، ولكن لم ينتفع الناس بعلمه. لا بتدريس ولا بتوجيه، ولا بتأليف، بل هو منحصر على نفسه، لم يبارك الله له في العلم، وهذا بلا شك حرمان عظيم، مع أن العلم من أبرك ما يعطيه الله العبد؛ لأن العلم إذا علمته غيرك، ونشرته بين الأمة، أجرت على ذلك من عدة وجوه:
أولاً: أن في نشرك العلم نشراً لدين الله ـ عز وجل ـ فتكون من المجاهدين، فالمجاهد في سبيل الله يفتح البلاد بلداً بلداً حتى ينشر فيها الدين، وأنت تفتح القلوب بالعلم حتى تنشر فيها شريعة الله ـ عز وجل ـ

ثانياً: من بركة نشر العلم وتعليمه، أن فيه حفظاً لشريعة الله وحماية لها؛ لأنه لولا العلم لم تحفظ الشريعة، فالشريعة لا تحفظ إلا برجالها رجال العلم، ولا يمكن حماية الشريعة إلا برجال العلم، فإذا نشرت العلم، وانتفع الناس بعلمك، حصل في هذا حماية لشريعة الله، وحفظ لها.
ثالثاً: فيه أنك تُحسن إلى هذا الذي علمته؛ لأنك تبصره بدين الله ـ عز وجل ـ فإذا عبد الله على بصيرة؛ كان لك من الأجر مثل أجره؛ لأنك أنت الذي دللته على الخير، والدال على الخير كفاعل الخير، فالعلم في نشره خير وبركة لناشره ولمن نُشر إليه.
رابعاً: أن في نشر العلم وتعليمه زيادة له، علم العالم يزيد إذا علم الناس؛ لأنه استذكار لما حفظ، وانفتاح لما لم يحفظ، وما أكثر ما يستفيد العالم من طلبة العلم، فطلابه الذين عنده أحياناً يأتون له بمعان ليست له على بال، ويستفيد منهم وهو يعلمهم، وهذا شيء مشاهد.



D. Beberapa Faktor ilmu Barokah dan manfaat

Marilah kita kaji beberapa ungkapan ulama' di bawah ini tentang bagaimana kita harus selalu hati-hati dalam proses pencarian ilmu sehingga ilmu kita bisa barokah :

روح العلم بركته، وإذا أراد الله عز وجل بعبده خيراً بارك له في علمه، وتظهر بركة العلم إذا استجمع الإنسان أسباب البركة، وأول سبب وأول علامة على أن الإنسان أنه سيبارك له في علمه أن يجد توفيق الله له بالإخلاص، فإذا وجد أنه يذهب إلى حلق العلماء مخلصاً لوجه الله عز وجل ولا يريد شيئاً سوى ذلك، وأنه يريد به وجه الله والدار الآخرة، فهو موفق، ومن كان كذلك كان سعيه مشكوراً، والله عز وجل شكر سعيه فيضع له البركة في علمه. وكم من أناسٍ تعلموا القليل بإخلاص فرزقهم الله السداد والخلاص وفتح عليهم وبارك في أقوالهم، وبارك في علومهم، ونفع بهم الإسلام وأهله
!
 الأمر الثاني: من الدلائل التي تدل على بركة العلم أن يحرص الإنسان على أخذ هذا العلم عن أهله، فكل علم ورث من العلماء العاملين فهو مبارك؛ لأن السلسلة متصلة، وكما بورك للعلماء السالفين ليباركن الله للعلماء اللاحقين ما داموا على نهجهم، وساروا على طريقهم. ومما يبارك الله به للعالم في علمه تقواه لله عز وجل؛ لأن التقوى سبب البركة، ومعنى ذلك: أن يكون علمه مشهوداً بالطاعات وبالأعمال الصالحة، فكل من تعلم العلم فوجد أن العلم يهذبه في أخلاقه، ويقومه في سلوكه، وأنه بهذا العلم يجد سريرة نقية تقية سوية ترضي الله عز وجل، ويجد سيرة محمودة عند الله وعند عباده، يحرص فيها على الفضائل واكتساب الأعمال الصالحة والأخلاق الحميدة الفاضلة والتواضع، وحب الخير للمسلمين، وصفاء القلب، ونقاء السريرة، والبعد عن الحسد والبغضاء، وانتقاص الناس، واحتقارهم، جميع  والابتعاد عن الغيبة والنميمة، والسب والشتم؛ فإن الله لا يبارك له في أمره وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ [الأعراف:96 ،

قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ { مَنْ عَلَّمَ عَبْدًا آيَةً مِنْ كِتَابِ اللَّهِ تَعَالَى فَهُوَ مَوْلَاهُ } وَلَا يَنْبَغِي أَنْ يَخْذُلَهُ وَلَا يُؤْثِرَ عَلَيْهِ أَحَدًا وَمِنْ أَسْبَابِ انْقِرَاضِ الْعِلْمِ عَدَمُ مُرَاعَاةِ حَقِّ الْمُعَلِّمِ قِيلَ مَنْ تَأَذَّى مِنْهُ أُسْتَاذُهُ يُحْرَمُ بَرَكَةَ الْعِلْمِ وَلَا يَنْتَفِعُ بِهِ إلَّا قَلِيلًا وَيَنْبَغِي أَنْ يُقَدِّمَ حَقَّ مُعَلِّمِهِ عَلَى حَقِّ أَبَوَيْهِ .
كَمَا رُوِيَ أَنَّ الْحَلْوَانِيَّ حِينَ خُرُوجِهِ مِنْ بُخَارَى زَارَتْهُ تَلَامِذَتُهُ إلَّا الزنجري قَالَ مَنَعَتْنِي عَنْ الزِّيَارَةِ خِدْمَةُ أُمِّي قَالَ الشَّيْخُ تُرْزَقُ الْعُمُرَ وَلَا تُرْزَقُ الدَّرْسَ
قَالَ عَلِيٌّ كَرَّمَ اللَّهُ وَجْهَهُ أَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِي حَرْفًا إنْ شَاءَ بَاعَ وَإِنْ شَاءَ اسْتَرَقَّ وَقَدْ أَنْشَدَ رَأَيْت أَحَقَّ الْحَقِّ حَقَّ الْمُعَلِّمِ وَأَوْجَبَهُ حِفْظًا عَلَى كُلِّ مُسْلِمِ لَقَدْ حَقًّ أَنْ يُهْدَى إلَيْهِ كَرَامَةً لِتَعْلِيمِ حَرْفٍ وَاحِدٍ أَلْفُ دِرْهَمِ وَمَنْ عَلَّمَك حَرْفًا مِمَّا تَحْتَاجُ إلَيْهِ فِي الدِّينِ فَهُوَ أَبُوك فِي الدِّينِ وَمِنْ تَوْقِيرِ الْمُعَلِّمِ أَنْ لَا يَمْشِيَ أَمَامَهُ وَلَا يَجْلِسَ مَكَانَهُ وَلَا يَبْدَأَ الْكَلَامَ عِنْدَهُ وَلَا يَسْأَلَ شَيْئًا عِنْدَ مَلَالَتِهِ وَيُرَاعِيَ الْوَقْتَ وَلَا يَدُقَّ الْبَابَ وَيَطْلُبَ رِضَاهُ وَيَجْتَنِبَ سَخَطَهُ وَيَمْتَثِلَ أَمْرَهُ فِي غَيْرِ مَعْصِيَةٍ وَمِنْ تَوْقِيرِهِ تَوْقِيرُ أَوْلَادِهِ وَقَرَابَتِهِ وَخُدَّامِهِ ثُمَّ قَالَ فَمَنْ يُؤْذِي أُسْتَاذَه يُحْرَمُ بَرَكَةَ الْعِلْمِ وَلَا يَنْتَفِعُ بِهِ إلَّا قَلِيلًا انْتَهىَ


Kesimpulan dari ungkapan bhs arab diatas bahwa ilmu bisa barokah atau tidak  apabila bisa memenuhi beberapa kriteria dibawah ini : Yaitu :
a.    Niat ikhlas karena Allah
b.    Mencari ilmu dari ahlinya (ulama')
c.    Hormat kepada guru
d.    Tidak menyakiti seorang guru
e.    tekun belajar dan tekun mengamalkannya, serta rajin beribadah.
f.    Tidak meremehkan wali-wali Allah
g.    Taqwa kepada Allah
h.    Menjauhi dari sifat-sifat tercela seperti Hasud, dengki,ngerasani orang,mengadu domba antar sesame,  meremehkan orang lain dan lain-lain.





TABARRUK " Bolehkah ? "

a.     Definisi Tabarruk


التّبرّك لغةً: طلب البركة
فالمعنى الاصطلاحيّ للتّبرّك هو: طلب ثبوت الخير الإلهيّ في الشّيء
، والتّبريك: الدّعاء للإنسان بالبركة
والتّبريك في الاصطلاح : الدّعاء بالبركة وهي الخير الإلهيّ الّذي يصدر من حيث لا يحسّ ، وعلى وجه لا يحصى ولا يحصر ، ولذا قيل

 Tabarruk ialah : Dari sisi bahasa, kata ‘tabarruk’ berarti “mencari berkah”.  Sedangkan definisi tabarruk dari sisi istilah adalah; “Mengharap berkah dari sesuatu ataupun hal-hal lain yang Allah swt telah memberikan keistimewaan dan kedudukan khusus kepadanya.
Adapun Tabriik adalah mendo’akan seseorang agar mendapatkan keberkahan. Contohnya :
بارك اللّه عليك

Dalam surat al-Baqarah ayat 248 Allah swt telah mengisakan tentang pengambilan berkah (Tabarruk) Bani Israil terhadap tabut (peti ) yang didalamnya tersimpan barang-barang sakral milik kekasih Allah, Nabi Musa as. Allah swt berfirman:
‘Peti’ itu adalah peti dimana Musa kecil telah diletakkan oleh ibunya ke sungai Nil dan mengikuti aliran sungai sehingga ditemukan oleh istri Firaun, untuk diasuh. Para Bani Israil mengambil peti itu sebagai obyek untuk mencari berkah (tabarruk). Setelah Nabi Musa as meninggal dunia, peti itu disimpan oleh washi (patner) beliau yang bernama Yusya’, dan di dalamnya disimpan beberapa peninggalan Nabi Musa yang masih berkaitan dengan tanda-tanda kenabian Musa. Setelah sekian lama, Bani Israil tidak lagi mengindahkan peti tersebut, hingga menjadi bahan mainan anak-anak di jalan-jalan. Sewaktu peti itu masih berada di tengah-tengah mereka, Bani Israil masih terus dalam kemuliaan. Namun setelah mereka mulai melakukan banyak maksiat dan tidak lagi mengindahkan peti itu, maka Allah swt menyembunyikan peti tersebut dengan mengangkatnya ke langit. Sewaktu mereka diuji dengan kemunculan Jalut mereka mulai merasa gunda. Kemudian mereka mulai meminta seorang Nabi yang diutus oleh Allah swt ke tengah-tengah mereka. Lantas Allah swt mengutus Tholut. Melalui dialah para malaikat pesuruh Allah mengembalikan peti yang selama ini mereka remehkan.


b. Beberapa bentuk Tabarruk Para Sahabat terhadap Nabi Muhammad SAW

1). Tabarruk para sahabat dengan rambut dan kuku nabi

Para sahabat biasa berebut rambut Nabi sall-Allahu álayhi wasallam. Tidak hanya itu, bahkan mereka memakainya sebagai sarana penyembuhan. Bila ada orang yang sakit, mereka meminumkan air yang sebelumnya telah dialirkan ke bejana yang berisi beberapa helai rambut Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Di antara sahabat bahkan ada yang menginginkan rambut Nabi ditaruh bersama jenazah mereka saat mereka dikubur, serta ada pula yang menaruh rambut Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam di turban mereka, yang dengan barakah rambut ini, dengan izin Allah, mereka selalu memperoleh kemenangan di medan perang.

Umm Salama memiliki beberapa helai rambut Nabi dalam sebuah botol perak. Jika orang jatuh sakit, mereka akan pergi dan mendapat barokah lewat rambut-rambut itu dan mereka akan sembuh dengan sarana barokah itu. Jika seseorang terkena penyakit mata atau penyakit apa saja, dia akan mengirim istrinya ke Umm Salama dengan sebuah mikhdaba atau ember air, dan dia (Umm Salama) akan mencelupkan rambut itu ke dalam air, dan orang yang sakit itu meminum air tersebut dan dia akan sembuh, setelah itu mereka mengembalikan rambut tsb ke dalam jiljal.”

2). Tabarruk para sahabat dengan saliva (air ludah) nabi

كان النّبيّ صلى الله عليه وسلم لا يبصق بصاقاً ولا يتنخّم نخامةً إلاّ تلقّوها ، وأخذوها من الهواء ، ووقعت في كفّ رجل منهم ، فدلكوا بها وجوههم وأجسادهم ، ومسحوا بها جلودهم وأعضاءهم تبرّكاً بها » .
« وكان يتفل في أفواه الأطفال ، ويمجّ ريقه في الأيادي ، وكان يمضغ الطّعام فيمجّه في فم الشّخص » ، « وكان الصّحابة يأتون بأطفالهم ليحنّكهم النّبيّ صلى الله عليه وسلم رجاء البرك

3). Tabarruk para sahabat dengan tangan dan kaki suci nabi sallallahu ‘alayhi wasallam

Umm Aban. putri al-Wazi’ ibn Zari’ meriwayatkan bahwa kakeknya Zari’ al-’Abdi, yang adalah anggota utusan ‘Abd al-Qays, berkata: “Ketika kami datang ke Madinah, kami berlomba untuk menjadi yang pertama meraih dan mencium tangan dan kaki Nabi Allah …

4). Tabarruk para sahabat dengan kulit rasulullah yang terberkati

Buhaysah al-Fazariyyah meriwayatkan: “Ayahku meminta izin dari Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam. Kemudian beliau datang mendekatinya dan mengangkat bajunya, dan mulai mencium beliau dan memeluknya karena mencintainya… ”


5). Tabarruk para sahabat dengan cangkir nabi

Hajjaj ibn Hassan berkata: “Kami berada di rumah Anas dan dia membawa cangkir Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dari suatu kantong hitam. Dia (Anas) menyuruh agar cangkir itu diisi air dan kami minum air dari situ dan menuangkan sedikit ke atas kepala kami dan juga ke muka kami dan mengirimkan solawat kepada Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam.”

6). Tabarruk para sahabat dengan mimbar nabi

Ibn ‘Umar radiyAllahu ‘anhu sering memegang tempat duduk Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam di mimbar dan menempelkan wajahnya untuk barokah

7). Tabarruk para sahabat dengan uang yang diberikan oleh rasulullah

Jabir menjual seekor unta ke Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam dan beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam memerintahkan Bilal untuk menambahkan seqirat (1/12 dirham) atas harga yang disepakati. Jabir berkata: “Tambahan yang diberikan Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam tidak akan pernah meninggalkanku,” dan dia menyimpannya setelah peristiwa itu.

8). Tabarruk para sahabat dengan tongkat milik rasulullah

Ketika ‘Abdullah bin Anis kembali dari suatu peperangan setelah membunuh Khalid ibn Sufyan ibn Nabih, Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam memberi hadiah kepadanya berupa sebuah tongkat dan bersabda kepadanya: “Itu akan menjadi tanda di antara kau dan aku di hari kebangkitan.” Setelah itu, ‘Abdullah ibn Anis tidak pernah berpisah dari tongkat itu dan tongkat itu dikubur dengannya setelah wafatnya.

9). Tabarruk para sahabat dengan baju rasulullah

Jabir berkata: “Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam datang setelah ‘Abdullah bin Ubay dikuburkan dalam makamnya. Beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam memerintahkan agar mayatnya diangkat lagi. Beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam menaruh kedua tangannya pada kedua lutut ‘Abdullah, bernafas atasnya dan mencampurnya dengan air liurnya serta mengenakan pakaian beliau padanya.”

10). Tabarruk para sahabat dengan jubah rasulullah

فعن أسماء بنت أبي بكر رضي الله عنهما: « أنّها أخرجت جبّةً طيالسةً وقالت: إنّ رسول اللّه صلى الله عليه وسلم كان يلبسها فنحن نغسلها للمرضى يستشفى به

11). Tabarruk para sahabat dan ummat dengan sandal nabi

Al-Qastallani dalam kitabnya Mawahib al-Laduniyya berkata bahwa Ibn Mas’ud adalah salah seorang pembantu Rasulullah sallAllahu ‘alayhi wasallam dan biasa membawakan bantal (wisada) kepada beliau, juga sikat gigi (siwak) beliau sallAllahu ‘alayhi wasallam, dua sandalnya (na’layn) dan air untuk wudhu’nya. Ketika Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam bangun, ia (Ibn Mas’ud) akan memakaikan sandal beliau pada beliau, dan ketika beliau duduk, ia akan membawa sandal itu dengan tangannya sampai beliau bangun dari duduknya.

Qastallani menyebutkan riwayat berikut dari salah satu Tabi’in terbesar: Abu Ishaq (al-Zuhri) berkata, “al-Qasim ibn Muhammad (ibn Abu Bakr al-Shiddiq) berkata, “Salah satu barokah dari memiliki sandal yang serupa dengan sandal Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam adalah barangsiapa memilikinya untuk tabarruk, akan terjaga dari hasutan pemberontak dan dari penguasaan musuh, dan akan menjadi penghalang terhadap mata jahat orang yang hasud. Jika seorang hamil membawanya dengan tangan kanannya, akan dimudahkan proses persalinannya dengan kekuasaan Allah.”

12). Mengambil Berkah dari Pusara (Kuburan) Rasul)

Seorang Tabi’in bernama Ibnu al-Munkadir pun pernah melakukannya (bertabarruk kepada kubur Rasul). Suatu ketika, di saat beliau duduk bersama para sahabatnya, seketika lidahnya kelu dan tidak dapat berbicara. Lantas beiau langsung bangkit dan menuju pusara Rasul dan meletakkan dagunya di atas pusara Rasul kemudian kembali. Melihat hal itu, seseorang mempertanyakan perbuatannya. Lantas beliau menjawab: “Setiap saat aku mendapat kesulitan, aku selalu mendatangi kuburan Nabi”.


13). Tabarruk dengan sisa makanan dan minuman Nabi.

ثبت أنّ الصّحابة رضي الله عنهم كانوا يتنافسون في سؤره صلى الله عليه وسلم ليحوز كلّ واحد منهم البركة الّتي حلّت في الطّعام أو الشّراب من قبل الرّسول صلى الله عليه وسلم.
فعن سهل بن سعد رضي الله عنه: « أنّ رسول اللّه أتي بشراب فشرب منه وعن يمينه غلام ، وعن يساره الأشياخ فقال للغلام: أتأذن لي أن أعطي هؤلاء ؟ فقال الغلام: - وهو ابن عبّاس رضي الله عنهما -: واللّه يا رسول اللّه لا أوثر بنصيبي منك أحداً ، فتلّه رسول اللّه صلى الله عليه وسلم في يده

14). Tabarruk sahabat dari air wudhu Rasulullah saw:

Dari Abu Juhfah, beliau berkata: “Aku mendatangi Nabi sewaktu beliau berada di Qubbah Hamra’ dari Adam. Kulihat Bilal (al-Habasyi) mengambil air wudhu Nabi. Lantas orang-orang bergegas untuk berwudhu juga. Barangsiapa yang mendapatkan sesuatu dari air wudhu tadi maka akan menggunakannya sebagai air basuhan. Namun bagi siapa yang tidak mendapatkannya maka ia akan mengambil dari basahan (sisa wudhu) yang berada di tangan temannya”.



c. Tabarruk dengan Wali dan Orang-orang Shaleh

Adapun bertabarruk dengan selain Rasulullah (Ulama', Wali dan Orang-orang Shaleh)  maka hukumnya juga diperbolehkan.

.     Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim: bahwa Para shahabat berebut mendapatkan sisa air wudhu’ Nabi sallAllahu ‘alayhi wasallam untuk digunakan membasuh muka mereka.

Dari hadits diatas Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim berkata: “riwayat-riwayat ini merupakan bukti/hujjah untuk mencari barokah dari bekas-bekas para wali” (fihi al-tabarruk bi atsar al-salihin).

- قَوْله : ( فَخَرَجَ بِلَال بِوُضُوءٍ فَمِنْ نَائِل وَنَاضِح فَخَرَجَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَتَوَضَّأَ )فِيهِ تَقْدِيم وَتَأْخِير تَقْدِيره فَتَوَضَّأَ فَمِنْ نَائِل بَعْد ذَلِكَ وَنَاضِح تَبَرُّكًا بِآثَارِهِ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَدْ جَاءَ مُبَيَّنًا فِي الْحَدِيث الْآخَر : ( فَرَأَيْت النَّاس يَأْخُذُونَ مِنْ فَضْل وَضُوئِهِ ) ، فَفِيهِ التَّبَرُّك بِآثَارِ الصَّالِحِينَ وَاسْتِعْمَال فَضْل طَهُورهمْ وَطَعَامهمْ وَشَرَابهمْ وَلِبَاسهمْ
- روى الحافظ الخطيب البغدادي أن الإمام الشافعي قال (إني أجيء قبر أبي حنيفة متبركا وما عرضت لي حاجة فصليت عنده ركعتين ثم دعوت الله إلا و تقضى لي حاجتي
  .
d. Fatwa-Fatwa Ulama Ahlusunah tentang Legalitas Tabarruk


1.    Fatwa Ulama Mazhab Hanafi

- Syeikh Syihabuddin al-Khoffaji al-Hanafi menyatakan berkaitan dengan ungkapan yang mengatakan: “Dimakruhkan menyentuh, mencium dan menempelkan dada”. Beliau menjawab dengan menfatwakan: “Hal ini (hukum makruh) tidak ada kesepakatan padanya. Atas dasar itulah Ahmad dan Thabari mengatakan bahwa; tidak mengapa mencium dan menyentuhnya

2.    Fatwa Ulama Mazhab Maliki

- Syeikh Az-Zarqoni al-Maliki menfatwakan: “Mencium kuburan hukumnya makruh, kecuali jika bertujuan untuk tabarruk maka tidak makruh”

3.    Fatwa Ulama Mazhab Syafi’i

- Syeikh Ibnu Hajar berfatwa: “Sebagian menggali dasar hukum dari legalitas mencium Hajar Aswad dengan diperbolehkannya mencim segala yang memiliki potensi untuk diagungkan dari manusia ataupun selainnya (benda).

- Syeikh Ibrahim al-Bajuri berfatwa: “Dimakruhkan mencium kuburan dan menyentuhnya kecuali untuk bertabarruk maka tidak makruh”
- Syeikh Muhibbuddin at-Thabari berfatwa: “Diperbolehkan mencium dan menyentuh kuburan. Itu merupakan perbuatan para ulama dan orang-orang saleh”
- Syeikh ar-Ramli as-Syafi’i berfatwa: “Jika kuburan Nabi, wali atau seorang alim disentuh ataupun dicium untuk tujuan tabarruk maka tidak mengapa”

4.     Fatwa Ulama Mazhab Hambali

- Dinukil dari Ibnu Jamaah (as-Syafi’i) yang menyatakan; Abdullah bin Ahmad bin Hambal pernah menceritakan perihal ayahnya. Ia (Abdullah) meriwayatkan: Aku pernah bertanya kepada ayahku tentang seseorang yang menyentuh mimbar Rasul dan bertabarruk dengan mengusap-usap juga menciumnya. Dan melakukan kuburan sebagaimana hal tadi (mengusap dan mencium) dengan tujuan mengharap pahala Allah. Beliau menjawab: “Tidak mengapa”


Ini adalah contoh-contoh dari fatwa para ulama Ahlusunnah yang jauh bertentangan dengan fatwa para ulama Wahabisme yang mengambil fatwanya dari Muhammad bin Abdul Wahhab dimana iapun mengadopsi fatwa-fatwa Ibnu Taimiyah. Semoga ini bermanfaat dan dapat dijadikan suatu landasan berfikir kita dalam menannggapi pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan ahlussunnah wal jamaah. Amin.

Rahasia Puasa

أسرار الصوم وشروطه الباطنة
Rahasia Puasa menurut Al Ghazali
( Ma'khodz : kitab Ihya' Ulumiddin )

اعلم أن الصوم ثلاث درجات: صوم العموم وصوم الخصوص وصوم خصوص الخصوص.
أما صوم العموم فهو كف البطن والفرج عن قضاء الشهوة.
وأما صوم الخصوص فهو كف السمع والبصر واللسان واليد والرجل وسائر الجوارح عن الآثام.
وأما صوم خصوص الخصوص فصوم القلب عن الهضم الدنية والأفكار الدنيوية وكفه عما سوى الله عز وجل بالكلية، ويحصل الفطر في هذا الصوم بالفكر فيما سوى الله عز وجل واليوم الآخر وبالفكر في الدنيا إلا دنيا تراد للدين، فإن ذلك من زاد الآخرة وليس من الدنيا حتى قال أرباب القلوب: من تحركت همته بالتصرف في نهاره لتدبير ما يفطر عليه كتبت عليه خطيئة، فإن ذلك من قلة الوثوق بفضل الله عز وجل وقلة اليقين برزقه الموعود، وهذه رتبة الأنبياء والصديقين .
Sesungguhnya ada tiga tingkatan puasa: biasa, khusus dan sangat khusus.
Puasa biasa, maksudnya adalah menahan diri terhadap makan, minum dan hubungan biologis antara suami istri dalam jangka waktu tertentu.

Puasa khusus, maksudnya adalah menjaga telinga, mata, lidah, tangan serta kaki dan juga anggota badan lainnya dari berbuat dosa.
Sedang puasa yang sangat khusus, maksudnya adalah puasa hati dengan mencegahnya dari memikirkan perkara perkara yang hina dan duniawi, yang ada hanyalah mengingat Allah swt. dan akhirat. Jenis puasa demikian dianggap batal bila sampai mengingat perkara perkara duniawi selain Allah dan tidak untuk akhirat. Puasa yang dilakukan dengan mengingat perkara perkara duniawi adalah batal, kecuali mendorong ke arah pemahaman agama, karena ini merupakan bekal akhirat dan tidak termasuk bagian duniawi.
Orang-orang yang mempunyai hati yang bersih berkata : Barang siapa keinginannya bergerak untuk bekerja pada siang harinya buat ngurusi persiapan makan (untuk buka puasa) maka itu suatu perbuatan yang dosa. Hal itu karena dari rasa tak yakin terhadap karunia serta janji Allah swt. untuk mencukupkan (dengan) rezeki Nya.
Untuk tingkatan ketiga ini adalah milik atau hanya dapat dicapai oleh para Rasul, para wali Allah dan mereka yang selalu berupaya mendekatkan diri kepada Nya.
وأما صوم الخصوص وهو صوم الصالحين فهو كف الجوارح عن الآثام وتمامه بستة أمور:
 الأول: غض البصر وكفه عن الاتساع في النظر إلى كل ما يذم ويكره وإلى كل ما يشغل القلب ويلهي عن ذكر الله عز وجل قال صلى الله عليه وسلم " النظرة سهم مسموم من سهام إبليس لعنه الله فمن تركها خوفاً من الله آتاه الله عز وجل إيماناً يجد حلاوته في قلبه " وروى جابر عن أنس عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال " خمس يفطرن الصائم الكذب والغيبة والنميمة واليمين الكاذبة والنظر بشهوة " .
Puasa khusus adalah jenis ibadah yang diamalkan sebagaimana oleh orang orang saleh. Puasa ini bermakna menjaga seluruh organ tubuh manusia agar tidak melakukan dosa dan harus pula memenuhi keenam syaratnya:
1.    Tidak melihat apa yang dibenci dan dicella oleh Alloh atau yang dapat melalaikan hati dari mengingat Allah swt. Nabi Muhammad saw. bersabda, “pandangan adalah salah satu dari panah-panah beracun milik setan, yang telah dikutuk Allah. Barangsiapa menjaga pandangannya, semata mata karena takut kepada Nya, niscaya Allah swt. akan memberinya keimanan, dan menemukan manisnya iman dalam hatinya. ”. Jabir meriwayatkan dari Anas, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Ada lima hal yang dapat membatalkan puasa seseorang: berdusta, mengurnpat, menyebar isu (fitnah), bersumpah palsu dan memandang dengan penuh nafsu.”

 الثاني: حفظ اللسان عن الهذيان والكذب والغيبة والنميمة والفحش والجفاء والخصومة والمراء، وإلزامه السكوت وشغله بذكر الله سبحانه وتلاوة القرآن فهذا صوم اللسان. وقد قال سفيان: الغيبة تفسد الصوم. رواه بشر بن الحارث عنه. وروى ليث عن مجاهد: خصلتان يفسدان الصيام الغيبة والكذب. وقال صلى الله عليه وسلم " إنما الصوم جنة فإذا كان أحدكم صائماً فلا يرفث ولا يجهل وإن امرؤ قاتله أو شاتمه فليقل إني صائم إني صائم " وجاء في الخبر " أن امرأتين صامتا على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم فأجهدهما الجوع والعطش من آخر النهار حتى كادتا أن تتلفا فبعثتا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم يستأذناه في الإفطار فأرسل إليهما قدحاً وقال صلى الله عليه وسلم: قل لهما قيئا فيه ما أكلتما فقاءت إحداهما نصفه دماً عبيطاً ولحماً غريضاً وقاءت الأخرى مثل ذلك حتى ملأتاه فعجب الناس من ذلك فقال صلى الله عليه وسلم هاتان صامتا عما أحل الله لهما وأفطرتا على ما حرم الله تعالى عليهما. قعدت إحداهما إلى الأخرى فجعلتا يغتابان الناس فهذا ما أكلتا من لحومهم "
2. Menjaga lidah (lisan) dari perkataan sia-sia, berdusta, mengumpat, menyebarkan fitnah, berkata keji dan kasar, melontarkan kata kata permusuhan (pertentangan dan kontroversi); dengan lebih banyak berdiam diri, memperbanyak dzikir dan membaca [mengkaji] al-Qur’an. Inilah puasa lisan. Said Sufyan berkata, “Sesungguhnya mengumpat akan merusak puasa! Laits mengutip Mujahid yang berkata, ‘Ada dua hal yang merusak puasa, yaitu mengumpat dan berbohong.”
Rasulullah saw. bersabda, “Puasa adalah perisai. Maka barangsiapa di antaramu sedang berpuasa janganlah berkata keji dan jahil, jika ada orang yang menyerang atau memakimu, katakanlah, Aku sedang berpuasa! Aku sedang berpuasa’!”

الثالث: كف السمع عن الإصغاء إلى كل مكروه لأن كل ما حرم قوله حرم الإصغاء إليه ولذلك سوى الله عز وجل بين المستمع وآكل السحت فقال تعالى " سماعون للكذب أكالون للسحت " وقال عز وجل " لولا ينهاهم الربانيون والأحبار عن قولهم الإثم وأكلهم السحت " فالسكوت على الغيبة حرام وقال تعالى " إنكم إذاً مثلهم " ولذلك قال صلى الله عليه وسلم " المغتاب والمستمع شريكان في الإثم "
3.    Menjaga pendengaran dari segala sesuatu yang tercela; karena setiap sesuatu yang dilarang untuk diucapkan juga dilarang untuk didengarkan. Itulah mengapa Allah swt. tidak membedakan antara orang yang suka mendengar (yang haram) dengan mereka yang suka memakan (yang haram). Dalam al Qur’an Allah swt. berfirman, “Mereka gemar mendengar kebohongan dan memakan yang tiada halal.”

Demikian juga dalam ayat lain, Allah swt. berfirman, “Mengapa para rabbi dan pendeta di kalangan mereka tidak melarang mereka dari berucap dosa dan memakan barang terlarang?”
Oleh karena itu, sebaiknya berdiam diri dan menjauhi pengumpat. Allah swt. berfirman dalam wahyu Nya, ‘Jika engkau (tetap duduk bersama mereka), sungguh, engkaupun seperti mereka” Itulah mengapa Rasulullah saw. mengatakan, “Yang mengumpat dan pendengarnya, berserikat dalam dosa.” .

الرابع: كف بقية الجوارح عن الآثام من اليد والرجل عن المكاره، وكف البطن عن الشبهات وقت الإفطار. فلا معنى للصوم وهو الكف عن الطعام الحلال ثم الإفطار على الحرام. الى ان قال. وقد قال صلى الله عليه وسلم " كم من صائم ليس له من صومه إلا الجوع والعطش " فقيل هو الذي يفطر على الحرام، وقيل هو الذي يمسك عن الطعام الحلال ويفطر على لحوم الناس بالغيبة وهو حرام، وقيل هو الذي لا يحفظ جوارحه عن الآثام.

4.     Menjaga (sikap perilaku) semua anggota badan lainnya dari dosa: kaki dan tangan dijauhkan dari perbuatan yang makruh, dan menjaga perut dari makanan yang diragukan kehalalannya (syubhat) ketika berbuka puasa. Puasa tidak punya arti apa apa bila dilakukan dengan menahan diri dari memakan yang halal kemudian berbuka dengan makanan haram.
Bersabda Rasulullah saw, “Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan sesuatu, kecuali lapar dan dahaga saja!” (H.r. an Nasa’i, Ibnu Majah). Ini ada yang mengartikan pada orang yang berpuasa namun berbuka dengan makanan haram. Tetapi ada pula yang menafsirkan dengan orang yang berpuasa, yang menahan diri dari makanan halal tetapi berbuka dengan daging dan darah manusia, dikarenakan mereka telah merusak puasanya dengan mengumpat orang lain. Lainnya lagi menafsirkan bahwa mereka ini berpuasa tetapi tidak menjaga anggota tubuhnya dari berbuat dosa.

 الخامس: أن لا يستكثر من الطعام الحلال وقت الإفطار بحيث يمتلىء جوفه فما من وعاء أبغض إلى الله عز وجل من بطن مليء من حلال. وكيف يستفاد من الصوم قهر عدو الله وكسر الشهوة إذا تدارك الصائم عند فطره ما فاته ضحوة نهاره وربما يزيد عليه في ألوان الطعام؟ حتى استمرت العادات بأن تدخر جميع الأطعمة لرمضان فيؤكل من الأطعمة فيه ما لا يؤكل في عدة أشهر. ومعلوم أن مقصود الصوم الخواء وكسر الهوى لتقوى النفس على التقوى. وإذا دفعت المعدة من ضحوة نهار إلى العشاء حتى هاجت شهوتها وقويت رغبتها ثم أطعمت من اللذات وأشبعت زادت لذتها وتضاعفت قوتها وانبعث من الشهوات ما عساها كانت راكدة لو تركت على عادتها. فروح الصوم وسره تضعيف القوى التي هي وسائل الشيطان في العود إلى الشرور، ولن يحصل ذلك إلا بالتقليل وهو أن يأكل أكلته التي كان يأكلها كل ليلة لو لم يصم فأما إذا جمع ما كان يأكل ضحوة إلى ما كان يأكل ليلاً فلا ينتفع بصومه. بل من الآداب أن لا يكثر النوم بالنهار حتى يحس بالجوع والعطش ويستشعر ضعف القوي فيصفو عند ذلك قلبه ويستديم في كل ليلة قدراً من الضعف حتى يخف عليه تهجده وأوراده، فعسى الشيطان أن لا يحوم على قلبه فينظر إلى ملكوت السماء. وليلة القدر عبارة عن الليلة التي ينكشف فيها شيء من الملكوت وهو المراد بقوله تعالى " إنا أنزلناه في ليلة القدر " ومن جعل في قلبه وبين صدره مخلاة من الطعام فهو عنه محجوب. ومن أخلى معدته فلا يكفيه ذلك لرفع الحجاب ما لم يخل همته عن غير الله عز وجل.
5.    Berbuka puasa dengan makan yang tidak berlebihan, sehingga rongga dadanya menjadi sesak. Tidak ada kantung yang lebih tidak disukai Allah swt. selain perut yang penuh (berlebihan) dengan makanan halal.
Dapatkah puasa bermanfaat sebagai cara mengalahkan musuh Allah swt. dan mengendalikan hawa nafsu, bila kita berbuka menyesaki perut dengan apa yang biasa kita makan siang hari? Terlebih lagi, biasanya di bulan puasa masih disediakan makanan tambahan, yang justru di hari-hari biasa tidak tersedia.
Sesungguhnya hakikat puasa adalah melemahkan tenaga yang biasa dipergunakan setan untuk mengajak kita ke arah kejahatan. Oleh sebab itu, lebih penting (esensial) bila mampu mengurangi porsi makan malam dalam bulan Ramadhan dibanding malam malam di luar bulan Ramadhan, saat tidak berpuasa. Karenanya, tidak akan mendapatkan manfaat di saat berpuasa bila tetap makan dengan porsi makanan yang biasa dimakan pada hari hari biasa. Bahkan dianjurkan mengurangi tidur di siang hari, dengan harapan dapat merasakan semakin melemahnya kekuatan jasmani, yang akan mengantarkannya pada penyucian jiwa. Dan usahakan hal itu ditetapkan hingga malam hari agar ia ringan untuk melakukan solat tahajjud dan wirid-wirid.
Oleh karena itu, barangsiapa telah “meletakkan” kantung makanan di antara hati dan dadanya, tentu akan buta terhadap karunia tersebut. Meskipun perutnya kosong, belum tentu terangkat hijab (tabir) yang terbentang antara dirinya dengan Allah, kecuali telah mampu mengosongkan pikiran dan mengisinya dengan mengingat kepada Allah swt. semata. Demikian adalah puncak segalanya, dan titik mula dari semuanya itu adalah mengosongkan perut dari makanan.
السادس: أن يكون قلبه بعد الإفطار معلقاً مضطرباً بين الخوف والرجاء إذ ليس يدري أيقبل صومه فهو من المقربين أو يرد عليه فهو من الممقوتين؟ وليكن كذلك في آخر كل عبادة يفرغ منها فقد روي عن الحسن بن أبي الحسن البصري أنه مر بقوم وهم يضحكون فقال: إن الله عز وجل جعل شهر رمضان مضماراً لخلقه يستبقون فيه لطاعته فسبق قوم ففازوا وتخلف أقوام فخابوا فالعجب كل العجب للضاحك اللاعب في اليوم الذي فاز فيه السابقون وخاب فيه المبطلون. أما والله لو كشف الغطاء لاشتغل المحسن بإحسانه والمسيء بإساءته أي كان سرور المقبول يشغله عن اللعب وحسرة المردود تسد عليه باب الضحك. وعن الأحنف بن قيس: أنه قيل له إنك شيخ كبير وإن الصيام يضعفك فقال: إني أعده لسفر طويل والصبر على طاعة الله سبحانه أهون من الصبر على عذابه. فهذه هي المعاني الباطنة في الصوم.
6.    Setelah berbuka puasa, selayaknya hati berada diantara takut (khauf) dan harap [raja']. Karena siapa pun tidak mengetahui, apakah puasanya diterima sehingga dirinya termasuk orang yang mendapat karunia Nya sekaligus orang yang dekat dengan Nya, ataukah puasanya tidak diterima, sehingga dirinya menjadi orang yang dicela oleh Nya. Pemikiran seperti inilah yang seharusnya ada pada setiap orang yang telah selesai melaksanakan suatu ibadah.
Dari al Hasan bin Abil Hasan al Bashri, bahwa suatu ketika melintaslah sekelompok orang sambil tertawa terbahak bahak. Hasan al Bashri lalu berkata, ‘Allah swt. telah menjadikan Ramadhan sebagai bulan perlombaan. Di saat mana Para hamba Nya saling berlomba dalam beribadah. Beberapa di antara mereka sampai ke titik final lebih dahulu dan menang, sementara yang lain tertinggal dan kalah. Sungguh menakjubkan mendapati orang yang masih dapat tertawa terbahak bahak dan bermain di antara (keadaan) ketika mereka yang beruntung memperoleh kemenangan, dan mereka yang merugi memperoleh kesia-siaan. Demi Allah, apabila hijab tertutup, mereka yang berbuat baik akan dipenuhi (pahala) perbuatan baiknya, dan mereka yang berbuat cela juga dipenuhi oleh kejahatan yang diperbuatnya.” Dengan kata lain, manusia yang puasanya diterima akan bersuka ria, sementara orang yang ditolak akan tertutup baginya gelak tawa.
Dari al Ahnaf bin Qais, bahwa suatu ketika seseorang berkata kepadanya, “Engkau telah tua; berpuasa akan dapat melemahkanmu.” Tetapi al Ahnaf bahkan menjawab, “Dengan berpuasa, sebenarnya aku sedang mempersiapkan diri untuk perjalanan panjang. Bersabar dalam menaati Allah swt. tentu akan lebih mudah daripada menanggung siksa Nya.”
Demikianlah, semua itu adalah makna signifikan puasa.

 فإن قلت: فمن اقتصر على كف شهوة البطن والفرج وترك هذه المعاني فقد قال الفقهاء. صومه صحيح فما معناه؟ فاعلم أن فقهاء الظاهر يثبتون شروط الظاهر بأدلة هي أضعف من هذه الأدلة التي أوردناها في هذه الشروط الباطنة لاسيما الغيبة وأمثالها، ولكن ليس إلى فقهاء الظاهر من التكليفات إلا ما يتيسر على عموم الغافلين المقبلين على الدنيا الدخول تحته. فأما علماء الآخرة فيعنون بالصحة القبول وبالقبول الوصول إلى المقصود. ويفهمون أن المقصود من الصوم التخلق بخلق من أخلاق الله عز وجل وهو الصمدية، والاقتداء بالملائكة في الكف عن الشهوات بحسب الإمكان فإنهم منزهون عن الشهوات. والإنسان رتبته فوق رتبة البهائم لقدرته بنور العقل على كسر شهوته ودون رتبة الملائكة لاستيلاء الشهوات عليه وكونه مبتلى بمجاهدتها، فكلما انهمك في الشهوات انحط إلى أسفل السافلين والتحق بغمار البهائم، وكلما قمع الشهوات ارتفع إلى أعلى عليين والتحق بأفق الملائكة. والملائكة مقربون من الله عز وجل والذي يقتدي بهم ويتشبه بأخلاقهم يقرب من الله عز وجل كقربهم، فإن الشبيه من القريب قريب، وليس القرب ثم بالمكان بل بالصفات.
 وإذا كان هذا سر الصوم عند أرباب الألباب وأصحاب القلوب فأي جدوى لتأخير أكلة وجمع أكلتين عند العشاء مع الانهماك في الشهوات الأخر طول النهار؟ ولو كان لمثله جدوى فأي معنى لقوله صلى الله عليه وسلم " كم من صائم ليس له من صومه إلا الجوع والعطش ".

Sekarang Anda mungkin mengatakan, “Dengan menahan makan, minum dan nafsu seksual, tanpa harus memperhatikan syarat batin itu menurut pendapat para (fuqaha') ahli fiqih , sudah sah. Lalu mengapa demikian?”
Anda harus menyadari bahwa para ulama fiqih telah menetapkan syarat-syarat lahiriah puasa dengan dalil-dalil yang lebih lemah dibanding dalil dalil yang menopang perlunya ditepati syarat syarat batiniah. Misalnya saja tentang mengumpat dan yang sejenis. Bagaimanapun perlu diingat, bahwa para ulama fiqih memandang batas kewajiban puasa dengan hanya mempertimbangkan pada kapasitas orang awam yang sering lalai, mudah terperangkap dalam urusan duniawi.
Sedangkan bagi mereka yang memiliki pengetahuan tentang hari Akhir, akan memperhatikan sungguh-sungguh dan memenuhi dengan syarat batin, sehingga ibadahnya sah dan diterima.
Hal demikian itu mereka capai dengan melaksanakan syarat-syarat yang akan mengantarkannya pada tujuan. Menurut pemahaman mereka, berpuasa adalah salah satu cara untuk menghayati salah satu akhlak Allah Swt, yaitu tempat meminta (shamadiyyah), sebagaimana juga contoh dari para malaikat, dengan sedapat mungkin menghindari godaan nafsu, karena malaikat adalah makhluk yang terbebas dari dorongan serupa.
Sedang manusia mempunyai derajat di atas hewan, karena dengan tuntunan akal yang dimilikinya akan selalu sanggup mengendalikan nafsunya; namun ia inferior (sedikit lebih rendah) dari malaikat, karena masih dikuasai oleh hawa nafsu, maka ia pun harus mencoba untuk mengatasi godaan hawa nafsunya.
Kapan pun manusia dikuasai oleh hawa nafsunya, maka ia akan terjatuh dalam tingkatan yang terendah, sehingga tidak ada tempat lagi selain bersama hewan. Kapan pun ia mampu mengatasinya, maka ia akan terangkat ke tingkatan para malaikat. Malaikat adalah makhluk yang paling dekat dengan Allah swt, karenanya malaikat pun menjadi contoh bagi makhluk yang ingin dekat dengan Allah. Tentu dengan segala ibadah akan menjadikan diri semakin dekat dengan Nya. Hanya saja bukan dalam pengertian dekat dalam dimensi ruang, tetapi lebih pada kedekatan sifat.
Jika demikian itu adalah rahasia puasa bagi mereka yang memiliki kedalaman pemahaman spiritual, apakah manfaat menggabungkan dua (porsi) makan pada waktu berbuka, seraya memuaskan nafsu lain yang tertahan ketika siang hari. Dan kalaulah demikian mengandung faidzah, lalu apa makna Hadis Nabi saw. yang berbunyi, “Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapat sesuatu selain lapar dan dahaga?

Minggu, 22 Januari 2012

syiah

syiah

Hukum Mencuri Harta Orang Kafir………….. ?

Seperti yang sudah kita ketahui bersamaa bahwa di Negara Indonesia banyak orang-orang luar negeri yang nota bene bukan orang islam (non muslim) seperti orang-orang Cina yang bertempat tinggal di Indonesia dalam rangka melakukan usaha perdagangan.

Pertanyaan : Bagaimanakah Hukum mencuri harta orang kafir seperti orang-orang cina sebagaimana diatas ?

Jawaban : hokum mencuri harta orang kafir yang berada di Indonesia hukumnya tidak boleh (haram) karena mereka masuk ke Indonesia dengan aman dan mereka mendapatkan perlindungan dari pemerintah.

هل يجوز سرقة مال الكفار؟
الفتوى
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:
فاعلم أن الشرع قسم الكفار إلى صنفين: محاربين ومسالمين أو معاهدين، والمسالمون أو المعاهدون قسمان: قسم له عهد دائم وهم الذين يعرفون في الإسلام بأهل الذمة.. أي لهم ذمة الله ورسوله والمسلمين. وقسم له عهد مؤقت وهم المستأمنون. وأما المحاربون فهم الذين بينهم وبين المسلمين حرب قائمة أو متوقعة، وليس بينهم وبين المسلمين عهد ولا صلح ولكل قسم أحكام تخصه. فأما المسالمون أهل الذمة فالقاعدة التي تحكم تعاملنا معهم من حيث الجملة هي أن لهم ما لنا وعليهم ما علينا، إلا أشياء مستثناة تنظر في مواضعها. وبخصوص السؤال هل يجوز سرقة مال الكفار؟ فهذا القسم من الكفار لا خلاف بين علماء المسلمين أن سرقة أموالهم حرام، وأن المسلم إذا سرق من الذمي فإن يده تقطع متى تحققت شروط القطع المعروفة، نقل هذا الاتفاق ابن قدامة في المغني الى ان قال : وكذلك إذا دخل الحربي دار الإسلام بأمان حرم التعرض لماله، وقالت المالكية: يقطع يد المسلم إذا سرق مال الحربي الذي دخل دار الإسلام بأمان، فيقول في حاشية الصاوي على الشرح الصغير: السرقة أخذ مكلف نصاباً فأكثر من مال محترم لغيره ... ويدخل في المحترم: مال الحربي الذي دخل بأمان فيقطع سارقه. انتهى الجزء الرابع "السرقة
فتاوى الشبكة ج : 22 ص: 214

(فصل) إذا دخل الحربى دار الاسلام بأمان في تجارة أو رسالة ثبت له الامان في نفسه وماله ويكون حكمه في ضمان النفس، والمال وما يجب عليه من الضمان والحدود حكم المهادن لانه مثله في الامان فكان مثله فيما ذكرناه، وإن عقد الامان ثم عاد إلى دار الحرب في تجارة أو رسالة فهو على الامان في النفس والمال كالذمي إذا خرج إلى دار الحرب في تجارة أو رسالة وان رجع إلى دار الحرب بنية المقام وترك ماله في دار الاسلام انتقص الامان في نفسه ولم ينتقض في ماله، فان قتل أو مات انتقل المال إلى وارثه وهل يغنم أم لا، فيه قولان. الى ان قال فإن دخل مسلم دار الحرب بأمان فسرق منهم مالا أو اقترض منهم مالا وعاد إلى دار الاسلام ثم جاء صاحب المال إلى دار الاسلام بأمان وجب على المسلم رد ما سرق أو اقترض لان الامان يوجب ضمان المال في الجانبين فوجب رده
مجموع ج: 19 ص: 452

Rokok menurut pandangan Madzahibul Arbaah

Pendahuluan
Islam adalah 

Pendidikan Islam

pendidikan islama adalah.............
salaf adalah...............................

santri salaf