Jumat, 24 November 2017

TAHLILAN "Antara Sunnah dan Tradisi"




TAHLILAN
"Antara Sunnah dan Tradisi"[1]
Oleh : Hasan Basri, M.Pd.I

1.        Pengertian Tahlilan
Tahlilan adalah upacara bersama yang dilakukan oleh keluarga mayyit pada hari meninggalnya si mayyit sampai hari ke tujuh. Biasanya acara tahlilan diisi dengan bacaan surat yasin, tahlil, tasbih secara bersamaan dan diakhiri dengan do'a, yang pahala semua itu ditujukan (dihadiahkan /dikhususkan)  kepada ruh si mayyit agar diampuni dosa-dosanya atau diberi tempat yang layak di sisi Alloh SWT.
Pada umumnya setelah acara tahlil itu dilaksanakan maka para tamu itu disuguhi dengan makanan ala kadarnya tergantung kemampuan keluarga si mayyit.Dan biasanya para tetangga sekitar atau sanak family dari keluarga mayyit membawa sumbangan berupa beras atau yang lainnnya kepada pihak keluarga.Hal itu bertujuan untuk dapatnya sumbangan itu diberikan kepada para tamu yang datang untuk melayat atau ta'ziyah.
Hal itu sudah menjadi tradisi dikalangan masyarakat Madura pada khususnya, masyarakat NU pada umumnya.Dan upacara seperti itu terus berlanjut dilaksanakan oleh pihak keluarga mayyit, yang biasanya dilaksanakan pada ke 40 harinya, 100 harinya 1000 harinya. Dan terus dilaksanakan setiap tahun pada hari kematiannya yang dikenal dengan haul.
2.        Pandangan Ulama' Terhadap Upacara Tahlilan
Dalam menyikapi tradisi tahlilan diatas terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ulama'. Ada yang mengatakan hukumnya sunnah, mubah dan makruh . Dan tidak ada satupun dari kalangan ulama' salaf bahwa acara tahlilan itu haram tidak diperbolehkan sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian kelompok islam yang mengaku pengikut sunnah (Wahhabi).
Berkaitan dengan masalah diatas, disini penulis akan membahas acara tahlilan itu dari tiga sudut pandang,pertama; tentang hukum berkumpul di rumah keluarga mayit untuk membaca al qur'ans serta dzikir untuk mayit.Kedua; tentang pemberian jamuan / hidangan dari pihak keluarga mayit, Ketiga; tentang penghadiahan pahala baca'an al-qur'an, dzikir, istighfar dan lain-lain kepada mayit.
a)        Tentang hukum berkumpul di rumah keluarga mayit untuk membaca al qur'an, dzikir dan lain-lain untuk mayit.
Hukum mengadakan pertemuan atau perkumpulan untuk membaca yasin, tahlil, istighfar dan lain-lain (tahlilan) yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal dunia, seperti yang sudah biasa dilakukan oleh masyarakat di berbagai tempat hukumnya boleh (jaiz). Sebagaimana penjelasan Imam as syaukani dibawah ini :
العادة الجارية في بعض البلدان من الاجتماع فى المسجد لتلاوة القران على الاموات. وكذلك فى البيوت وسائر الاجتماعات التي لم ترد فى الشريعة لا شك ان كانت خالية عن معصية سليمة من المنكرات فهي جائزة لان الاجتماع ليس بمحرم بنفسه لا سيما اذا كان لتحصيل طاعة كالتلاوة ونحوها ولا يقدح فى ذلك كون تلك التلاوة مجعولة للميت فقد ورد جنس التلاوة من الجماعة المجتمعين كما في حديت اقرؤا يس من الجماعة الحاضرين عند الميت او على قبره وبين تلاوة جميع القران او بعضه لميت في مسجده او بيته
Kebiasaan di sebagian Negara mengenai perkumpulan atau pertemuan di masjid, rumah, diatas kubur, untuk membaca al qur'an yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang meninggal dunia, tidak diragukan lagi hukumnya adalah boleh (jaiz) jika didalamnya tidak terdapat kemaksiatan dan kemungkaran, meskipun tidak ada penjelasan (secara dzahir) dari syari'at kegiatan melakukan perkumpulan itu pada dasarnya bukanlah sesuatu yang haram (muharram finafsih), apalagi jika didalamnya diisi dengan kegiatan yang dapat menghasilkan ibadah seperti membaca al qur'an atau lainnya. Dan tidaklah tercela menghadiahkan pahala membaca al qur'an atau lainnya kepada orang yang telah meninggal dunia. Bahkan ada beberapa jenis bacaan yang didasarkan pada hadits sahih seperti اقرؤوا يس على موتاكم .( bacalah surat yasin kepada orang mati diantara kamu). Tidak ada bedanya apakah pembacaan surat yasin tersebut dilakukan bersama-sama di dekat mayit atau di atas kuburnya, dan membaca al qur'an secara keseluruhan atau sebagian, baik dilakukan di masjid atau dirumah.[2]
b)   Masalah jamuan / hidangan yang dikeluarkan oleh pihak keluarga mayit.
Adapun hidangan yang dikeluarkan oleh pihak keluarga mayit kepada para tamu yang ta'ziyah atau kepada tamu yang tahlilan selama tujuh hari itu hukumnya boleh.mereka beralasan sebagaimana dibawah ini :
1. والتصدق عن الميت بوجه شرعي مطلوب ولا يتقيد بكونه في سبعة أيام أو أكثر أو أقل وتقييده ببعض الأيام من العوائد فقط كما أفتى بذلك السيد أحمد دحلان وقد جرت عادة الناس بالتصدق عن الميت في ثالث من موته وفي سابع وفي تمام العشرين وفي الأربعين وفي المائة وبعد ذلك يفعل كل سنة حولا في يوم الموت كما أفاده شيخنا يوسف السنبلاويني
Artinya : "Di anjurkan oleh syara’ shodaqoh bagi mayit,dan shodaqoh itu tidak di tentukan pada hari ke tujuh sebelumnya maupun sesudahnya. Sesungguhnya pelaksanaan shodaqoh pada hari-hari tertentu itu cuma sebagai kebiasaan (adat) saja,sebagaimana fatwa Sayid Akhmad Dahlan yang mengatakan ”Sungguh telah berlaku dimasyarakat adanya kebiasaan bersedekah untuk mayit pada hari ketiga dari kematian, hari ketujuh, dua puluh, dan ketika genap empat puluh hari serta seratus hari. Setelah itu dilakukan setiap tahun pada hari kematiannya.Sebagaimana disampaikan oleh Syaikh Yusuf Al-Sumbulawini.[3]

2.قال الإمام أحمد بن حنبل رضي الله عنه في كتاب الزهد له حدثنا هاشم بن القاسم قال حدثنا الاشجعي عن سفيان قال قال طاووس إن الموتى يفتنون في قبورهم سبعا فكانوا يستحبون أن يطعموا عنهم تلك الأيام.
Imam Ahmad bin Hanbal (sebagaimana dikutip oleh imam suyuti dalam kitab al Hawi li fatawi) dalam kitab az Zuhd nya berkata : Hasyim bin al qasim meriwayatkan kepada kami, ia berkata : Al Asyja'i meriwayatkan kepada kami dari sufyan, ia berkata , " Imam Thawus berkata[4] : seorang yang mati akan beroleh ujian dari Alloh dalam kuburnya selama tujuh hari. Maka kemudian para kalangan salaf mensunnahkan bersedekah makanan untuk orang yang meninggal dunia selama tujuh hari itu.[5]
Jadi istilah 7 “tujuh hari” dalam acara tahlil bagi orang yang sudah meninggal, hal ini sesuai dengan amal yang dicontohkan sahabat Nabi SAW.Sebagaimana diatas.
Imam as suyuti berkata :
إن سنة الإطعام سبعة أيام بلغني أنها مستمرة إلى الآن بمكة والمدينة فالظاهر أنها لم تترك من عهد الصحابة إلى الآن وإنهم أخذوها خلفا عن سلف إلى الصدر الأول
Artinya : “Kebiasaan memberikan sedekah makanan selama tujuh hari merupakan kebiasaan yang tetap berlaku hingga sekarang (zaman imam Suyuthi, sekitar abad IX Hijriah) di Makkah dan madinah, maka yang  jelas, kebiasaan itu tidak pernah ditinggalkan sejak masa sahabat Nabi SAW sampai sekarang ini, dan tradisi itu diambil dari ulama salaf sejak generasi pertama (masa sahabat Nabi SAW)”[6]
Berkaitan dengan perkataan thawus diatas imam suyuti mengatakan; Jika sudah jadi keputusan, atsar Thawus diatas hukumnya sama dengan hadist Marfu’ Mursal dan sanadnya sampai pada tabi’in itu shahih, maka dapat dijadikan hujjah yang mutlak(tanpa syarat) bagi tiga Imam (Maliki, Hanafi, Hambali). Untuk Imam as-Syafi’iia mau berhujjah dengan hadis mursal jika dibantu atau dilengkapi dengan salah satu ketetapan yang terkait dengannya, seperti adanya hadis yang lain atau kesepakatan Shahabat. Dan, kelengkapan yang dikehendaki Imam as-Syafi’i itu ada, yaitu hadis serupa riwayat dari Mujahid dan dari ubaid bin Umair yang keduanya dari golongan tabi’in, meski mereka berdua bukan sahabat.[7]
JadiBeliau menilai hal tersebut merupakan perbuatan sunah yang telah dilakukan secara turun temurun sejak masa sahabat.Kesunnahan memberikan sedekah makanan selama tujuh hari merupakan perbuatan yang tetap berlaku hingga sekarang (zaman imam as-Syuyuti, abad IX Hijriyah) di mekah dan Madinah.Yang jelas, kebiasaan itu tidak pernah ditinggalkan sejak masa sahabat Nabi Muhammad SAW sampai sekarang ini, dan tradisi itu diambil dari Ulama Salaf sejak generasi pertama (masa Sahabat Nabi Muhammad SAW).”
3.عن عاصم بن كليب عن أبيه عن رجل من الأنصار قال: (خرجنا مع رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم في جنازة، فرأيت رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو على القبر يوصي الحافر: أوسع من قبل رجليه، أوسع من قبل رأسه، فلما رجع استقبله داعي امرأة، فجاء وجيء بالطعام فوضع يده، ثم وضع القوم فأكلوا، فنظر نا رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم يلوك لقمة في فيه، ثم قال: أجد لحم شاة أخذت بغير إذن أهلها، فأرسلت المرأة قالت: يا رسول الله! إني أرسلت إلى البقيع يشترى لي شاة فلم أجد، فأرسلت إلى جار لي قد اشترى شاة أن أرسل إلي بها بثمنها فلم يوجد، فأرسلت إلى امرأته فأرسلت إلي بها، فقال رسول الله صلى الله عليه آله وسلم: أطعميه الأسارى)
Artinya : "Diriwayatkan oleh "Ashim bin kulaib dari ayahnya dari salah seorang sahabat Anshar, ia berkata, "saya pernah melayat bersama Rasulullah SAW dan di saat itu saya melihat beliau menasehati penggali kubur seraya bersabda, "luaskan bagian kaki dan kepalanya". Setelah Rasulullah SAW pulang, beliau diundang oleh seorang perempuan.Rasulullah memenuhi undangannya, dan saya ikut bersama Beliau.Ketika beliau datang, lalu makanan pun dihidangkan.Rasulullah SAW mulai makan lalu diikuti oleh para undangan. Pada saat beliau akan mengunyah makanan tersebut, beliau bersabda, "Aku merasa daging kambing ini diambil dengan tanpa izin pemiliknya. Kemudian perempuan tersebut bergegas menemui Rasulullah SAW sembari berkata, "Wahai Rasulullah SAW saya sudah menyuruh orang pergi ke Baqi' (suatu tempat penjualan kambing), untuk membeli kambing, namun tidak mendapatkannya. Kemudian saya menyuruh tetangga saya yang telah membeli kambing, agar kambing itu dijual kepada saya dengan harga yang umum, akan tetapi ia tidak ada. Maka saya menyuruh menemui isterinya dan ia pun mengirim kambingnya pada saya. Rasulullah SAW kemudian bersabda, "berikan makanan ini pada para tawanan".[8]
Kata داعي امرأة yang digunakan dalam hadis riwayat Abu daud ini sepintas memberi pemahaman bahwa yang mengundang nabi itu bukan istri si mayyit, tapi wanita lain. Namun dalam kitab Aunul Ma'bud syarah Sunan Abi daud redaksi yang digunakan adalah :داعي امرأته dengan dimudlafkan pada dlamir. Al Qari berkata bahwa yang dimaksud adalah orang yang telah meninggal dunia.[9]
(داعى امراة) .....   وفى المشكاة داعى امراته بالاضافة الى الضمير قال القاري أي زوجة المتوفى
Dengan demikian hadits tersebut menyatakan bahwa nabi Muhammad SAW diundang oleh keluarga si mayit, yakni isteri dari orang yang telah meninggal dunia itu.Nabi SAW dan para sahabatnya berkumpul di rumah duka sesudah jenazah dikubur dan memakan makanan yang disuguhkan kepadanya.
Berdasarkan hadits inilah Syekh Ibrahim al Halabi menyatakan bahwa keluarga mayyit boleh menyediakan makanan dan memanggil orang lain untuk berkumpul di rumahnya. Ibrahim al halabi berkata :
فَهَذَا يَدُلُّ عَلَى إبَاحَةِ وَضْعِ أَهْلِ الْمَيِّتِ الطَّعَامَ وَالدَّعْوَةِ إلَيْه وان اتخذ ولي الميت طعاما للفقراء كان حسنا الا ان يكون فى الورثة صغير فلا يتخذ ذلك من التركة ِ
" Hadits ini menunjukkan kebolehan keluarga mayyit membuat makanan dan mengundang orang untuk makan. Jika makanan itu disuguhkan kepada fakir miskin, hal itu baik.Kecuali jika salah satu ahli warisnya ada yang masih kecil, maka tidak boleh diambilkan dari harta waris si mayyit".[10]
Berkaitan dengan hadits sebagaimana disebutkan diatas, Syekh Ismail Utsman Zein al Yamani  al Makki mengumentari sebagaimana berikut[11] :
وأما من حيث الدراية، ففي الحديث فوائد وأحكام. منها أن فيه علما من أعلام نبوة سيد المرسلين ومعجزة من معجزات خير الخلق أجمعين. وهي الإخبار عن حال الشاة وأنها أخذت ببيع فاسد غير صحيح لغير رضا مالكها. ولأجل ذلك ذكره صاحب المشكاة في المعجزات والحافظ البيهقي في دلائل النبوة. ومنها أن بيع الفضولي باطل غيرصحيح، ولأجل ذلك ذكره أبو داود في كتاب البيع. ومنها أن ما كان من العقود فيه شبهة ينبغي اجتنابه استبراء للدين وبعدا عن الوقوع في الحرام ولأجل ذلك ذكره أبو داود في باب اجتناب الشبهات. ومنها مسألة مهمة ولأجلها كانت كتابة هذه الرسالة، وهي ما يصنعه أهل الميت من الوليمة ودعاء الناس إليها للأكل فإن ذلك جائز كم يدل عليه الحديث المذكور بل هو قربة من القرب لأنه إما أن يكون بقصد حصول الأجر والثواب للميت، وذلك من أفضل القربات التي تلحق الميت باتفاق. وإما أن يكون بقصد إكرام الضيف والتسلي عن المصاب وبعدا عن إظهار الحزن، وذلك أيضا من القربات والطاعات التي يرضاها رب العالمين ويثيب فاعلها ثوابا عظيما. وسواء كان ذلك يوم الوفاة عقب الدفن كما فعلته زوجة الميت المذكورة في الحديث أو بعد ذلك. فالحديث نص صريح في مشروعية ذلك، وأما استحسانه والترغيب فيه وأنه قربة وطاعة فمستفاد من معنى المشروعية وحكمتها جريا على قواعد أهل الشرع وأصولهم. ولا ينافي ذلك الحديث المشهور، وهو قوله صلى الله عليه وسلم {اصنعوا لآل جعفر طعاما فقد جاءهم ما يشغلهم}. لأن هذا الحديث يختمل أن يكون خاصا بآل جعفر رضي الله عنه وعنهم أجمعين، وأن النبي صلى الله عليه وسلم رأى من شدة حزنهم أنهم لا يستطيعون أن يصنعوا لأنفسهم طعاما فأمر أهل بيته أن يصنعوا لهم ذلك، لأن الخطاب في الحديث لبعض أزواج رسول الله صلى الله عليه وسلم. قال ذلك حينما بلغه حال آل جعفر رضي الله عنهم. فحينئذ يكون هذا الحديث إنما خصوصية لآل جعفر وواقعة عين فلا ينهض به الاستدلال على منع الوليمة من أهل الميت ولم يقل النبي صلى الله عليه وسلم من مات له ميت فلا يولم ولا يطعم الناس ولم يجئ في الحديث نهي رسول الله صلى الله عليه وسلم أهل الميت عن الوليمة وأن بطعموا غيرهم. بل الذي جاء في الحديث أن أهل الميت أولموا وأطعموا ودعوا الرسول صلى الله عليه وسلم ومن معه فأجاب دعوتهم وأقرهم على ذلك ولم ينكر عليهم إلا أخذ الشاة بغير بيع صحيح وبغير رضا مالكها.

Jika dilihat dari sisi dirayahnya, dalam hadits itu mengandung beberapa faidzah dan hukum. Diantaranya adalah :
1)   dalam hadits itu ada sebuah tanda dari beberapa tanda kenabian pimpinan para utusan (sayyidil mursalin) dan mengandung mu'jizat dari beberapa mu'jizat sebaik-baik seluruh makhluk, yaitu  ia dapat memberi kabar tentang keadaan kambing (yang sudah disembelih)  bahwa sesungguhnya kambing itu diambil dengan cara jual beri yang fasid (tidak sah) karena tidak dapat rido' dari pemiliknya. Karena itulah pengarang kitab al Misykat menyebutnya dalam bab mu'jizat dan imam al Hafidz al Baihaqi menyebutnya dalam dzalailunnubuwwah (tanda-tanda kenabian)
2)   (bahwa dalam hadits itu mengandung hukum bahwa) sesungguhnya menjual sesuatu yang bukan miliknya (bai' fudzuli) itu batal, tidak sah. Karena itu Imam Abu Daud menyebut hadits itu dalam kitab Bai' (bab tentang jual beli).
3)   (bahwa dalam hadits itu mengandung hukum bahwa) sesungguhnya transaksi (akad) yang mengandung syubhat sepantasnya dijauhi untuk membebaskan agama dan menjahkan diri untuk terjerumus kepada suatu yang haram. Karena itulah Imam Abu daud menyebutnya dalam babIjtinabus syubuhat (Menjauhi sesuatu yang syubhat).
4)   (bahwa dalam hadits itu ( mengandung masalah penting yang karena itulah risalah ini ditulis. Yaitu (bahwa) apa yang dilakukan keluarga mayyit (dengan mengadakan) walimah (menyembelih kambing serta memasak makanan) dan mengundang orang untuk memakannya maka hukumnya itu boleh sebagaimana hadits yang disebut diatas. Bahkan itu salah satu bentuk qurbah (mendekatkan diri kepada Alloh), hal itu karena (perbuatan tersebut) kadang-kadang bertujuan untuk mendapatkan pahala yang diperuntukkan kepada mayyit, hal itu merupakan bentuk mendekatkan diri kepada Alloh yang paling utama yang ulama ittifaq (sepakat) bahwa pahalanya akan sampai kepada mayyit. Atau (pihak keluarga mayit) bertujuan menghormati tamu serta menghibur diri dengan tidak menampakkan kesusahannya. Hal itu juga bentuk dari mendekatkan diri kepada Alloh  dan ketaatan yang diridoi oleh (Alloh) Tuhan semesta alam dan orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala yang besar. Hal itu tidak ada bedanya (hukumnya boleh) baik dilakukan pada hari meninggalnya mayit setelah dikuburkan sebagaimana yang dilakukan oleh istri mayit dalam hadits tersebut diatas atau setelah itu ( yakni pada hari kesatu, kedua sampai ketujuh dan seterusnya).
Jadi, hadits itu adalah nas yang sorih (terang) bahwa (membuat dan menyuguhkan makanan oleh keluarga mayit)  itu disyariatkan (masyru').
Adapun menganggap baik dan senang terhadap perbuatan diatas dan sesungguhnya hal itu adalah  bentuqurbah (perbuatan mendekatkan diri kepada Alloh) dan ketaatan maka hal itu bisa dimbil faidzah dari arti dan hikmah masyru' (disyariatkan ) itu sendiri sebagaimana yang berlaku dalam qaidah-qaidah ahli syara' dan usul-usulnya.
Dan hadits itu, tidak menafikan terhadap hadits yang masyhur yaitu
اصنعوا لآل جعفر طعاما فقد جاءهم ما يشغلهم " (buatlah makanan untuk keluarga Ja'far karena telah datang kepada mereka sesuatu yang merepotkan/melupakan mereka"). Karena hadits ini dimungkinkan hanya khusus pada keluarga Ja'far, dimana sesungguhnya nabi SAW telah melihat mereka karena sangat susahnya tidak mampu untuk membuat makanan untuk dirinya sendiri, maka Nabi memerintahkan pada keluarganya untuk membuat makanan untuk mereka (keluarga ja'far). (Hal itu) karena khitab (sasaran) dalam hadits itu terhadap sebagian istri Rasululloh SAW ketika telah sampai kepada Beliau keadaan keluarga Ja'far RA.Maka jika demikian adanya, hadits ini hanya khusus pada keluarga Ja'far dan dalam kasus tertentu, sehingga tidak bisa dijadikan dalil untuk melarang membuat makanan (walimah) dari pihak keluarga mayit.
            Dan Rasululloh SAW tidak mengatakan " Barang siapa meninggal dunia maka janganlah (keluarga mayit) membuat makanan dan memberikannya kepada orang lain". Dan tidak ada dalam hadits larangan Rasululloh kepada keluarga mayit dari walimah (membuat makanan ) dan memberikannya kepada orang lain. Bahkan yang ada dalam hadits bahwa keluarga mayit membuat dan memberikan makanan serta mengundang Rasululloh dan sahabat yang bersama beliau dan Rasululloh memenuhi undangannya. Sedang Rasululloh iqror tidak mengingkarinya hanya saja kambing (yang disembelih) itu diambil dengan jual beli yang tidak sah dan dengan tanpa rido'nya pemiliknya.
            Selanjutnya Syaikh Ismail Utsman Zeinal yamani alMakki mengatakan bahwa Imam al Allamah al Qari dalam kitab al Mirqat setelah menyebutkan hadits di atas mengatakan sebagaimana berikut :
هذا الحديث بظاهره يرد على ما قرره أصحاب مذهبنا من أنه يكره اتخاذ الطعام في اليوم الأول أو الثالث أو بعد الأسبوع كما في البزازية. وذكر في الخلاصة أنه لا يباح اتخاذ الضيافة عند ثلاثة أيام. وقال الزيلعي ولا بأس بالجلوس للمصيبة إلى ثلاث من غير ارتكاب محظور من فرش البسط والأطعمة من أهل الميت. وقال ابن الهمام يكره اتخاذ الضيافة من أهل الميت. والكل عللوا بأنه شرع في السرور لا في الشرور. قال وهي بدعة مستقبحة. روى الإمام أحمد وابن حبان بإسناد صحيح عن جرير ابن عبد الله قال كنا نعدّ الاجتماع إلى أهل الميت وصنيعهم الطعام من النياحة إهـ. فينبغي أن يقيد كلامهم بنوع خاص من اجتماع يوجب استحياء أهل بيت الميت فيطعمونهم كرها أو يحمل على كون بعض الورثة صغيرا أو غائبا أو لم يعرف رضاه أولم يكن الطعام من عند أحد معين من مال نفسه لا من مال الميت قبل قسمته ونحو ذلك. وعليه يحمل قول قاضي خان يكره اتخاذ الضيافة في أيام المصيبة، لأنها أيام تأسف فلا يليق بها ما يكون للسرور، وإن اتخذ طعاما للفقراء كان حسنا انتهى كلام القاري رحمه الله تعالى. وهذا كله كما هو ظاهر فيما إذا لم يوص الميت باتخاذ الطعام وإطعامه للمعزين الحاضرين، وإلا فيجب ذلك عملا بوصيته وتكون الوصية معتبرة من الثلث أي ثلث تركة الميت.
"Secara dzohir hadits ini menolak terhadap hukum yang telah ditetapkan oleh ashabu madzhabina (santri-santrinya madzhab kami as syafii) bahwa membuat makanan pada hari pertama atau ketiga atau setelah tujuh hari (dari meninggalnya mayit) itu hukumnya makruh, sebagaimana dalam kitab al bazaziyah.Dan disebutkan dalam kitab al khulasah bahwa sesungguhnya tidak boleh membuat suguhan (bagi para tamu) pada hari ketiga (dari meninggalnya mayit).Imam az zaila'I mengatakan tidak apa-apa duduk-duduk (dirumah) orang yang ditimpa musibah sampai tiga hari dengan catatan tidak melakukan sesuatu yang dilarang seperti menghampar tikar dan makanan (yang dikeluarkan) oleh keluarga mayit. Imam Ibnu al himam mengatakan, makruh membuat makanan (untuk para tamu) dari pihak keluarga mayit.Mereka semua beralasan bahwa membuat makanan itu disyariatkan ketika dalam keadaan bahagia bukan dalam kesusahan /kejelekan, itu adalah bid'ah yang jelek.
Imam Ahmad dan imam Ibnu Hibban meriwayatkan hadits dengan sanad yang sahih dari Imam Jarir ibn Abdillah ia berkata: kami menganggap perkumpulan orang yang hadir di rumah keluarga mayit dan menyuguhi makanan kepada mereka itu termasuk niyahah.
Maka seyogyanya perkataan mereka semua  diqoyyidi (dibatasi) dengan perkumpulan yang menimbulkan keluarga mayit merasa malu sehingga dia memberikan makanan dengan terpaksa. Atau dimungkinkan ada sebagian ahli waris yang masih kecil, ghaib (tidak ada di tempat), atau tidak diketahui keridoannya, atau makanan itu bukan dari harta pribadi orang tertentu ( dan atau makanan itu diambilkan ) dari harta mayit sebelum dibagikan (kepada ahli warisnya)  atau semisalnya. Kepada  inilah perkataan Qodi Khon dimungkinkan/dimahmulkan. Ia (Qadi Khon, mengatakan) makruh membuat makanan (yang disuguhkan kepada para tamu) pada hari-hari (orang menerima) musibah, karena itu adalah hari-hari berduka, dan jika membuat makanan untuk orang-orang fakir maka itu baik".Demikian penjelasan imam al Qari.
Ini semua (kata syaikh Ismail Utsman Zein) sebagaimana sudah jelas apabila mayit yang meninggal tidak berwasiat untuk membuat makanan dan memberikannya pada orang-orang yang hadir yang berta'ziyah.Jika (mayit yang meninggal berwasiat seperti diatas) maka membuat makanan dan menyuguhkan kepada para hadirin yang melayat hukumnya wajib untuk memenuhi wasiat tadi.Dan wasiat itu (hanya) sah dari sepertiga harta peninggalan mayit.[12]
Terakhir, Syekh Ismail Utsman Zein al Yamani al Makki berkomentar sebagaimana berikut :

أقول فقول صاحب المرقاة فينبغي أن يقيد كلامهم إلخ هو جار على ما عليه أهل السنة والجماعة من أن التحسين والتقبيح شرعيان وليسا بالعقل، وحينئذ إذا لم يوجد ما هو مستقبح شرعا في الوليمة المذكورة مثل كونها من مال القاصرين أو بغير رضا بعض الورثة أو مع إظهار الحزن والتأسف فهي حينئذ مستحسنة شرعا، لأنها إما إكرام للضيف من المعزين وغيرهم وإكرام الضيف فضيلة. وإذا استصحب معه قصد التسلى من المصاب كان ذلك أفضل. وإما لقصد التصدق عن الميت وإيصال الثواب إليه، فهي حينئذ مستحبة شرعا وفضيلة بالإتفاق. روى البخاري ومسلم عن عائشة رضي الله عنها أن رجلا أتى النبي صلى الله عليه وسلم، فقال يا رسول الله إن أمي افتلتت روحها وأظنها لو تكلمت تصدقت أفأتصدق عنها ؟ قال: نعم. تصدق عنها فلها أجر إهـ. ففي هذا دليل واضح ونص صريح فيما قاناه
Saya berkata (kata syaikh), perkataan ulama pengarang kitab al mirqat, yaitu " maka seyogyanya perkataan mereka itu diqoyyidi dst " itu berjalan sesuai dengan apa (yang menjadi pedoman) ahlussunnah wal jamaah, bahwa sesungguhnya (yang berhak) menganggap baik dan buruk itu syara' bukan dengan akal atau logika. Jika demikian apabila dalam syara' tidak ditemukan dalil yang menganggap walimah (membuat makanan dan menyuguhkan kepada orang lain) itu jelek semisal diambil dari harta orang-orang yang kurang sempurna (seperti anak kecil) atau tidak dengan ridonya sebagian ahli waris, atau diiringi dengan kesedihan dan duka (yang berlebihan) maka perbuatan tersebut dianggap baik secara syara'.
Hal itu karena (tujuan dari pihak keluarga mayit) adakalanya untuk menghormati para tamu yang berta'ziyah atau lainnya, sedang menghormati tamu adalah suatu keutamaan.Dan jika sambil diiringi dengan tujuan menghibur dirinya hati (orang yang ditimpa musibah) maka itu lebih utama lagi.Dan adakalanya (pihak keluarga mayit dengan menyuguhkan makanan pada tamu) bertujuan untuk bersedekah yang pahalanya diperuntukkan bagi si mayit. Maka jika demikian perbuatan itu adalah sunnah (mustahab) secara syara' dan suatu keutamaan dengan kemufakatan para ulama'. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Siti 'Aisyah RA " bahwasanya ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata: Wahai Rasulullah …! Sesungguhnya ibu saya telah meninggal dunia secara mendadak, saya mengira seandainya ia dapat berbicara (berwasiat) tentu ia akan bersedekah. Apakah saya akan bersedekah atas namanya? Nabi Muhammad SAW menjawab, "Ya". Bersedekahlah atas namanya maka ia akan mendapatkan pahala. Maka dalam hadits ini adalah dalil yang jelas dan nashyang sarih (terang) terhadap keterangan yang saya sebutkan.[13]
c)    Tentang penghadiahan pahala baca'an al-qur'an, dzikir, istighfar dan lain-  lain kepada mayit.
Penghadiahan pahala baca'an al-qur'an, dzikir, istighfar dan lain-  lain kepada mayit itu semuanya sampai kepada mayit, dan mayit mendapatkan manfaat dari semua itu.  Dalam kitab Nailul Authar al Syaukani mengutip syarh kitab al Kanz sebagai berikut.
وقال في شرح الكنز : إن للإنسان أن يجعل ثواب عمله لغيره صلاة كان أو صوما أو حجا أو صدقة أو قراءة قرآن أو غير ذلك من جميع أنواع البر ويصل ذلك إلى الميت وينفعه عند أهل السنة انتهى
"Dalam kitab Syarah al  Kanz disebutkan bahwa seorang boleh menghadiahkan pahala perbuatan baik yang ia kerjakan kepada orang lain baik berupa shalat, puasa, haji, shadaqah, bacaan al qur'an atau semua bentuk perbuatan baik lainnya, dan pahala tersebut sampai kepada mayit dan memberi manfaat kepada mayit tersebut menurut ulama' ahlussunnah"[14]
Imam Wahbah Az Zuhaili dalam kitab al fiqh alislami menyebutkan sebagaimana berikut :
وقال جمهور أهل السنة والجماعة : للإنسان أن يجعل ثواب عمله لغيره صلاة أو صوماً أو صدقة أو تلاوة قرآن، بأن يقول: اللهم اجعل ثواب ما أفعل لفلان، لما روي أن النبي صلّى الله عليه وسلم «ضحى بكبشين أملحين، أحدهما عن نفسه، والآخر عن أمته، ممن أقر بوحدانية الله تعالى، وشهد له بالبلاغ»  فإنه جعل تضحية إحدى الشاتين لأمته. ولما روي أن رجلاً سأل النبي صلّى الله عليه وسلم فقال: « كان لي أبوان أبرهما حال حياتهما، فكيف لي ببرهما بعد موتهما؛ فقال له عليه الصلاة والسلام: إن من البر بعد البر: أن تصلي لهما مع صلاتك وأن تصوم لهما مع صيامك».
Mayoritas ulama' ahlussunnah wal jamaah mengatakan bahwa boleh bagi seseorang menghadiahkan pahala amal kebaikannya kepada orang lain, seperi shalat, puasa, shadaqah,bacaan al qur'an, dengan mengatakan "Ya Allah saya berikan pahala yang saya kerjakan kepada pulan..".karena ada hadits bahwa Nabi SAW berkurban dengan dua kambing yang  salah satunya untuk dirinya sendiri sedang yang kambing satunya diperuntukkan untuk umatnya. Dan juga hadits bahwa ada seorang laki-laki bertanya kepada Nabi SAW, ia mengatakan : "(wahai Rasulullah) saya mempunyai dua orang tua, saya telah berbuat baik kepada keduanya kertika masih hidupnya, bagaimana cara saya berbuat baik kepada keduanya ketika mereka sudah meninggal dunia?" nabi menjawab : "sesungguhnya perbuatan yang sangat baik adalah lakukanlah shalat untuk keduanya disamping shalat kamu, dan berpuasalah untuk keduanya disamping puasa kamu."[15]
            Sementara terjadi perbedaan pendapat untuk kalangan madzhab Syafi'I untuk sampainya pahala bacaan al qur'an kepada mayit. Kalangan pendahulu-pendahulu syafiiyah mengatakan bahwa mayit tidak mendaptkan pahala selain perbuatannya sendiri seperti shalat dan bacaan al qur'an. Sementara kalangan madzhab syafi'I kebelakang (mutakhkhirin) sebagaimana juga pendapat dari ketiga madzhab lainnya menyatakan bahwa pahala bacaan al qur'an itu sampai kepada mayit.[16] Seperti dijelaskan oleh Wahbah az Zuhaili sebagai berikut :
وقال متقدمو الشافعية: المشهور أنه لا ينفغ الميت ثواب غير عمله، كالصلاة
عنه قضاء أو غيرها وقراءة القرآن. وحقق المتأخرون منهم وصول ثواب القراءة للميت، كالفاتحة وغيرها. الى ان قال: .
وبذلك يكون مذهب متأخري الشافعية كمذاهب الأئمة الثلاثة: أن ثواب القراءة يصل إلى الميت،
والمشهور من مذهب الشافعي وجماعة من أصحابه أنه لا يصل إلى الميت ثواب قراءة القرآن وذهب أحمد بن حنبل وجماعة من العلماء وجماعة من أصحاب الشافعي أنه يصل كذا ذكره النووي في الأذكار . وفي شرح المنهاج لابن النحوي لا يصل إلى الميت عندنا ثواب القراءة على المشهور والمختار الوصول إذا سأل الله إيصال ثواب قراءته وينبغي الجزم به لأنه دعاء فإذا جاز الدعاء للميت بما ليس للداعي فلأن يجوز بما هو له أولى
Sementara salah seorang tokoh syafiiyah Syekh Zakaria al Anshari mengatakan:
وقال شيخ الإسلام زكريا الأنصارى الشافعى إن مشهور المذهب أى فى تلاوة القرآن محمول على ما إذا قرىء لا بحضرة الميت ولم ينو الثواب له أو نواه ولم يدع
Syaikhul islam Zakariya al Anshari al Syafii mengatakan bahwa sesungguhnya pendapat yang masyhur (dalam madzhab imam syafii) mengenai pembacaan al qur'an, adalah apabila tidak dibaca di dekat / hadapan mayit, serta pahalanya tidak diniyatkan sebagai hadiah, atau berniat tetapi tidak berdo'a.[17]           
            Hal tersebut karena imam Syafii sendiri berpendapat sunnah membaca al Qur'an di dekat mayit. Imam Syafi'I berkata :
قال الشافعي رحمه اللّه: ويستحب أن يقرأ عنده شيء من القرآن وإن ختموا القرآن (كله كان حسناً. (دليل الفالحين 6 : 1.3).
" Disunnahkan membaca sebagian ayat al qur'an di dekat mayit dan lebih baik lagi jika mereka (pelayat) membaca al qur'an sampai khatam".[18]
            Dan banyak riwayat yang menyatakan bahwa imam Syafi'I berziarah ke makam Laits bin Saad dan membaca al Qur'an dimakam tersebut.
وقد تواتر ان الشافعي زار الليث بن سعد وأثنى خيرا وقرأ عنده ختمة وقال أرجوا ان تدوم فكان الامر كذلك
Sudah populer diketahui oleh banyak orang bahwa imam Syafi'I pernah berziarah ke makam Laits bin Sa'ad. Beliau memujinya, dan membaca al qur'an sekali khatam didekat makamnya. Lalu beliau berkata, "saya berharap semoga hal ini terus berlanjut dan senantiasa dilakukan.[19]

Kesimpulan :
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa :                                        
1.    Hukum berkumpul dirumah keluarga mayit dengan membaca al qur'an, tahlil dan lain-lain hukumnya boleh.
2.    Hukum pemberian jamuan dari pihak keluarga mayit kepada para tamu (penta'ziyah) itu hukumnya boleh dan dianggap baik secara syara'. Hal itu karena (tujuan dari pihak keluarga mayit) adakalanya untuk menghormati para tamu yang berta'ziyah itu adalah suatu keutamaan. Atau   bertujuan untuk bersedekah yang pahalanya diperuntukkan bagi si mayit. Maka jika demikian perbuatan itu adalah sunnah (mustahab) secara syara' dan suatu keutamaan dengan kemufakatan para ulama'. Dengan cataan jangan diambilkan dari harta ahli waris yang masih kecil (yatim), ghaib (tidak ada di tempat), atau tidak diketahui keridoannya.
3.    menurut mayoritas ulama' (jumhur ulama') ahlussunnah wal jama'ah hukum menghadiahkan pahala segala bentuk amal baik seperti, sedekah, baca al qur'an, puasa, salat dan lain-lain itu boleh dan sampai kepada mayit.Sedang untuk menghadiahkan pahala bacaan al qur'an





[1] Disampaikan pada acara diskusi interaktif dalam rangka memperingati maam nuzulul qur'an pada tanggal 19 Ramadlan tahun 1434 H
[2]Muhammad  bin Ali as Syaukani " ar Rasail as salafiyah" hlm: 46,  Tth.
[3] Syekh Nawawi al Bantenni, " Nihayah al-Zain" , Juz I, halaman 281, al hidayah, Surabaya, tth)
[4]Thawus al-Yamani adalah seorang tabi`in terkemuka dari kalangan ahli Yaman.Beliau bertemu dan belajar dengan 50 – 70 orang sahabat Junjungan Nabi s.a.w.
[5] Imam as Suyuti " Al Hawi li al Fatawi", juz 2 hal: 178 al maktabah as Syamilah TTh
[6]. Imam As Suyuti, Ibid, hal 194.
[7] Ibid,
[8] Abu  Daud Sulaiman bin asyat as Sajistani" Sunan Abi Daud" hlm: 2894 , Dar al Kitab Arabi , Bairut,.tth
[9] M. Syamsul Haq Abadi Abu Toyyib, " Aunul Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud"  hal: 129, Dar al kitab al ilmiyah Bairut, th: 1415 H.
[10]Syekh Ibrahim al Halabi, "al Bariqat al muhammadiyah" hal: 253 huz 2 Tth.
[11]Syekh Ismail Utsman Zein al Yamani  al Makki, " رفع الإشكال وإبطال المغالاة في حكم الوليمة من اهل الميت بعد الوفاة " Tth
[12]Syekh Ismail Utsman Zein al Yamani  al Makki, " رفع الإشكال وإبطال المغالاة في حكم الوليمة من اهل الميت بعد الوفاة " Tth

[13]Syekh Ismail Utsman Zein al Yamani  al Makki, " رفع الإشكال وإبطال المغالاة في حكم الوليمة من اهل الميت بعد الوفاة " Tth

[14] Muhammad bin Ali bin Muhammad As Syaukani" Naulul Authar" idarat at tiba'ah al muniriyah Tth.
[15] Wahbah Az Zuhaili " Al Fiq al islami Wa adallatihi " Dar alfikr Suriyah Damaskus Tth
[16] Ibid
[17] Fatawa Al Azhar , Dar al ifta' al misriyah , http://www.islamic-council.com
[18] Muhammad Ali bin Muhammad as Syafi'I, Dalilul Falihin syarah Riyadus Shalihin, juz :6, hlm:103,  Tth.
[19] Ad Dzakhiroh at tsaminah, hlm: 64, Tth.

Kamis, 02 Mei 2013

AD/ART


ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART)
MADRASAH DINIYAH “ AN NUR”
KEMBANG JERUK BANYUATES SAMPANG

MUKADDIMAH
BISSMILLAAHIRROHMAANIRROHIM
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Kami sadar dan yakin bahwa usaha memajukan kesejahteraan dan kecerdasan kehidupan bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah
Kami Sadar dan insyaf bahwa Madrasah Diniyah “An Nur” adalah wadah untuk mencetak menusia alim yang berahlakul karimah, serta sadar sepenuhnya bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan belajar mengajar sebagai bagian pendidikan agama Islam di Madrasah Diniyah “An Nur” merupakan hal yang sangat penting peranannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Rasa pengabdian dan tekad “nasyrul ilmi lii’lai kalimatillah” serta dalam rangka mencari ridho Allah SWT merupakan kesadaran fitroh pengabdian pengurus dan seluruh keluarga besar Madrasah Diniyah An Nur..
Maka atas berkat rahmat Allah SWT, dibentuklah Lembaga Pendidikan Madrasah Diniyah “An Nur”dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga sebagai berikut:


BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Lembaga ini bernama Madrasah Diniyah An Nur yang disingkat MD. An Nur

Pasal 2
Madrasah Diniyah “An Nur” didirikan di desa Kembang Jeruk Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang pada tahun 1977 M dengan jangka waktu yang tidak ditentukan.
Pasal 3
Madrasah Diniyah An Nur bertempat di Jl. KH. Muntaha Desa Kembang Jeruk Kecamatan Banyuates Kabupaten Sampang propinsi Jawa Timur
BAB II

VISI DAN MISI
Visi
Pasal 4

“Beriman, Berilmu, Beramal, Berprestasi dan Berakhlakul karimah”.
Misi
Pasal 5
1. Memberikan penguasaan ilmu agama dengan berbasiskan pada kitab kuning.
2. Mengajarkan ilmu pengetahuan agama menuju terbentuknya kader ulama yang taqwa.
3. Mencetak masyarakat islami yang berhaluan ahlu sunnah wal jamaah
4. Mempersiapkan pribadi umat yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, dan berkhidmat kepada agama, masyarakat dan Negara.

BAB III
AQIDAH
Pasal 6
Madrasah Diniyah An Nur (MD. An Nur) beraqidah Islam ala Ahlis Sunnah Wal Jama’ah dengan berpedoman pada :
a. Dibidang Aqidah mengikuti : Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu Manshur Al Maturidi.
b. Dibidang syari`at/fiqih mengikuti salah satu madzhab empat Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
c. Dibidang tasawuf mengikuti Imam Al-Junaidi dan Imam Al-Ghozali dan yang sefaham


BAB IV
LANDASAN, ASAS DAN PRINSIP
Landasan
Pasal 7
Madrasah ini berlandaskan kepada Al-Qur’an dan Hadits, Ijma, Qiyas, dan uruf
Asas
Pasal 8
Madrasah Diniyah “An Nur” berasaskan Pancasila dan UUD 1945
Prinsip
Pasal 9
Prinsip dasar pengurus dan segenap tenaga kependidikan (dewan asatidz) Madrasah Diniyah An Nur adalah: Keikhlasan, Kekeluargaan, Kebersamaan, Keterbukaan, dan Kejujuran.


BAB V
SIFAT
Pasal 10
Madrasah Diniyah “An Nur” bersifat pendidikan keagamaan,dan sosial, kemasyarakatan,


BAB VI
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 11
TUJUAN
Menegakkan syariat Islam dengan berhaluan ahlussunnah waljamah dan mengikuti salah satu mazhab empat.

Pasal 12
USAHA
1. Mencetak dan mendidik generasi muda Islam untuk menjadi kader alim / ulama atau guru agama Islam yang berakhlakul karimah sebagai penerus ulama salaf dan berguna bagi masyarakat.
2. Melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam berbagai bidang pendidikan Islam sesuai dengan asas dan tujuan Madrasah Diniyah An Nur.


BAB VII
STATUS
Pasal 6

MD. An Nur merupakan salah satu unit pendidikan non formal yang berada dibawah naungan Yayasan Al Muntahy Desa Kembang Jeruk Banyuates Sampang.
BAB VIII
LAMBANG
Pasal 7

Madrasah Diniyah An Nur menggunakan lambang berupa: gambar bola dunia diatas lima kitab yang diapit oleh huruf A besar, empat bintang disebelah kanan, empat bintang di sebelah kiri dan satu bintang besar diatas bulan berada di bagian tengah atas, sehingga jumlah seluruhnya Sembilan bintang. Lambang tersebut menggunakan dasar warna hijau.

Atribut diatas mempunyai makna:
1. Bintang
a. Satu besar : melambangkan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa nnnn agama islam
b. 4 sebelah kanan : melambangkan empat sahabat Nabi
c. 4 sebelah kiri : melambangkan empat madzhab (Maliki,hanafi,Syafii dan mmm Hambali).
d. berjumlah Sembilan : melambangkan wali yang Sembilan (Wali songo)

2. Bulan : melambangkan cahaya keimanan dan ketaqwaan
3. Huruf “ A “ : melambangkan kokoh dan teguh pendirian dalam menegakkan agama islam agama islam
4. lima kitab : melambangkan ilma pedoman Ahli Sunnah Waljamaah (al Qur’an, al Hadits, Qur’an, Hadits, Ijma’, Qiyas dan Uruf)
5. Dasar Hijau : melambangkan keluarga besar Nahdlatul Ulama’


BAB IX
KEPENGURUSAN
Pasal 6
Struktur Kepengurusan Madrasah Diniyah An Nur terdiri dari :
1) Kepala Madrasah
2) Wakil Kepala Madrasah
a. Waka Bag. Urusan Kurikulum
b. Waka Bag. Urusan Kesiswaan
3) Kabid (Kepala Bidang)
a. Kabid pelayanan pembelajaran
b. Kabid Organisasi
c. Kabid tata tertib
d. Kabid sarana pembelajaran
4) Sekretaris (Tata Usaha)
5) Wali kelas
6) Dewan asatidz



BAB X
RAPAT PENGURUS
Pasal 7
Rapat yang diselenggarakan di dalam Madrasah Diniyah An Nur terdiri dari:
1. Sidang umum
2. Rapat kerja Pengurus
3. Rapat bulanan
4. Rapat tri wulan
5. Rapat Insidental
6. Sidang kelulusan dan kenaikan kelas


BAB XI
KEUANGAN
Pasal 8
Keuangan Madrasah Diniyah An Nur terdiri dari:
a. Uang pendaftaran murid baru
b. Iuran Syahriyah sesuai dengan keputusan rapat pengurus.
c. Bantuan dari pemerintah Daerah (BOSDA Madin)
d. Bantuan yang legal, sah, ikhlas dan tidak mengikat.
e. Hasil usaha lembaga

BAB XII
PERUBAHAN DAN PERALIHAN
Pasal 9
1. Anggaran Dasar ini dapat dirubah oleh sidang umum dengan dukungan sekurang-kurangnya 2/3 suara yang hadir
Pasal 10
2. Apabila Madrasah Diniyah An Nur terpaksa harus dibubarkan dengan keputusan Sidang Umum, maka hak milik dan kekayaan madrasah diserahkan kepada Yayasan Al Muntahy.

BAB XII
PENUTUP
Pasal 11

1. Segala sesuatu atau hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Aggaran Rumah Tangga, serta peraturan-peraturan pengurus lainnya
2. Anggaran Dasar ini ditetapkan oleh Sidang Umum dan berlaku sejak waktu dan tanggal ditetapkan.

















ANGGARAN RUMAH TANGGA
MADRASAH DINIYAH “ AN NUR “
KEMBANG JERUK BANYUATES SAMPANG

.

BAB I
TUGAS DAN FUNGSI PENGURUS
Pasal 1


A. Kepala Madrasah

1. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan.
2. Menentukan dan mengevaluasi pembagian kerja bagi Staf di bawahnya.
3. Melakukan pembinaan terhadap Staf dan Guru.
4. Memberi rekomendasi dan penilaian atas prestasi Staf dan Guru yang dipimpinnya.
5. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan
6. Menentukan kebijaksanaan
7. Mengadakan rapat/ pertemuan (minimal satu kali dalam satu bulan)
8. Mengatur proses belajar mengajar
9. Mengatur administrasi, ketatausahaan, kesiswaan,dan ketenagaan.
:
B. Wakil Kapala Madrasah

Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum

1. Menyususn jadwal pelajaran
2. Menyusun pembagian tugas guru.
3. Melakukan pengecekan kehadiran guru dalam kegiatan mengajar setiap satu minggu sekali.
4. Menanggulangi kelas yang kemungkinan gurunya tidak hadir dalam KBM dengan cara membentuk guru piket harian
5. Bersama kepala sekolah menetapkan kreteria persyaratan naik kelas / tidak naik kelas.
6. Menetapkan jadwal penerimaan buku laporan pendidikan (Rapor)
7. Membantu pengadaan administrasi guru, wali kelas yang berhubungan dengan proses pembelajaran dan urusan kurikulum.

Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan

1. Menyusun Program Pembinaan Kesiswaan ( OMIM= Organisasi Murid Intra Madrasah ).
2. Melaksanakan Bimbingan, Pengarahan dan Pengendalian kegiatan siswa / OMIM.
3. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin dan tata tertib siswa serta menanggulangi segala kendalanya.
4. Memberikan pengarahan dalam pemilihan pengurus OMIM.
5. Melakukan pembinaan dan pembimbingan pengurus OMIM.
6. Melakukan pembinaan dan pembimbingan pengurus OMIM dalam berorganisasi serta memantau realisasi kegiatannya.



C. Keapala Bidang (KABID)

a). Kabid Pelayanan Pembelajaran

1. Menyusun jadwal pelajaran (Bersama waka kurikulum).
2. Bersama waka kurikulum melakukan pengecekan kehadiran guru dalam proses pembelajaran pada setiap minggu.
3. Bersama staf lainnya menanggulangi kelas yang gurunya tidak hadir dalam proses pembelajaran dengan cara membentuk guru piket .
4. Membantu pengadaan administrasi guru dan atau wali kelas yang berhubungan dengan proses pembelajaran, seperti leger, raport dll.
5. Menyediakan Buku Absen guru, absen siswa dan jurnal guru.

b). Kabid Organisasi

1. Bersama-sama Waka Kesiswaan menyusun program pembinaan kesiswaan / Organisasi Murid Intra Madrasah (OMIM).
2. Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan penegendalian kegiatan siswa (OMIM)
3. Memberikan pengarahan dan pemilihan pengurus OMIM.
4. Melakukan pembinaan dan pembimbingan pengusrus OMIM dalam berorganisasi serta memantau realisasi kegiatannya.
5. Menyusun Program dan jadwal pembinaan siswa secara berkala dan insidental.

c). Kabid Tata Tertib

1. Melaksanakan bimbingan, dan pengarahan kepada siswa dalam rangka menegakkan disiplin dan tata tertib sekolah.
2. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan disiplin dan tata tertib siswa serta menanggulangi segala kendalannya.
3. Membina dan melaksanakan koordinasi keamanan, kebersihan, ketertiban, keindahan, kerindangan dan kekeluargaan.

d). Kabid Sarana Pembelajaran

1. Menyediakan kebutuhan sarana dan prasarana pembelajaran, seperti spidol, penghapus dan lain-lain
2. Mengadministrasikan, menata dan pendayagunaan sarana dan prasarana pembelajaran.
3. Melakukan pemeriksaan rutin terhadap sarana dan prasarana pembelajaran (barang habis / tidak habis pakai).


D. Wali Kelas

a) Pengelola kelas
b) Mengenal dan memahami situasi kelasnya.
c) Menyelenggarakan administrasi kelas meliputi :
1) Absen siswa
2) Daftar Pelajaran di kelas
3) Daftar Piket Kelas,
4) Struktur Organisasi Pengurus Kelas
5) Tata Tertib siswa di kelas,
6) Buku Rapor

d) Memberikan motivasi kepada siswa agar belajar sungguh-sungguh baik di sekolah maupun di luar sekolah.
e) Memantapkan siswa di kelasnya, dalam melaksanakan tatakrama, sopan santun, tata tertib baik di sekolah maupun di luar sekolah.
f) Mengerahkan siswa di kelasnya untuk mengikuti egiatan-kegiatan madrasah yang telah diadakan oleh pengurus OMIM seperti bahtsul masail, bedah kitab, istighatsah, dll
g) Memberikan masukan dalam penentuan kenaikan kelas bagi siswa di kelasnya.
h) Mengisi / membagikan Buku Laporan dan menendatangani raport

E. Bendahara

1. Melakukan penarikan syahriyah dari siswa.
2. Menerima, membukukan dan mengamankan keuangan Madrasah.
3. Menyediakan keuangan berdasarkan kebutuhan.
4. Mendistribusikan keuangan berdasarkan anggaran.
5. Membentuk tim penarikan syahriyah di tiap-tiap kelas.
6. Mengeluarkan / membayar harus berdasarkan persetujuan/diketahui Kepala Sekolah.
7. Mengeluarkan bisyarah Pengurus, Kepala, Staf, dan Guru
8. Menyusun / membuat Laporan Pertanggung jawaban ( SPJ ) setiap akhir bulan dengan diketahui Kepala Sekolah.
9. Menyimpan dan mengarsipkan semua surat-surat / kwitansi pengeluaran dengan rapi dan teratur
10. Bersama Kepala Sekolah dan Kepala Madrasah menyusun RAPBS/RAPBM
11. Berkoordinasi dengan Kepala Madrasah tentang kegiatan pengelolaan keuangan sekolah.
12. Menyusun Laporan Tahunan pada akhir tahun Anggaran.

F. Tata Usaha Sekolah
Mengelola Administrasi Sekolah, meliputi :
1. Administrasi Kesiswaan
2. Administrasi Kurikulum
3. Administrasi Kepegawaian
4. Buku induk
5. Surat-surat keluar


G. G u r u

1. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
2. Membuat dan mengisi daftar nilai siswa.
3. Melakukan invosi serta kreatifitas yang menumbuhkan minat belajar siswa
4. Melaksanakan tugas tertentu di Madrasah
5. Melakukan pengembangan setiap bidang studi yang menjadi tanggungjawabnya
6. Meneliti daftar hadar sebelum memulai melaksanakan kegiatan mengajar
7. Disiplin waku mengajar agar target ketuntasan tercapai
8. Mematuhi kode etik profesional guru
9. Disamping tugas pokok di atas, guru juga membantu Kepala Maadrasah dalam urusan Penyelenggarakan Pendidikan di Madrasah.


BAB III
PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

Pasal 3
1. Pengangkatan
a. Kepala Sekolah/Madrasah;
pengangkatan Kepala Madrasah dilaksanakan melalui rapat anggota Pengurus berdasarkan minimal 2 orang calon yang diajukan unit yang dipilih secara demokratis dalam rapat terbuka.
c) Wakil Kepala Madrasah, TU, bendahara dan Wali kelas
pengangkatan wakil Kepala Madrasah,TU,bendahara dan wali kelas dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :
1) Rekruitment oleh Kepala Madrasah.
2) Meminta rekomendasi pada pihak-pihak yang dianggap berkompeten.
2. Pemberhentian
Kepala Sekolah/Madrasah, Staf pengajar dan TU, Guru dinyatakan berhenti, karena :
a. Masa jabatannya berakhir
b. Atas permintaan sendiri.
c. Diberhentikan oleh rapat dewan guru/pengurus, karena melakukan tindakan yang bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Madrasah, dengan prosedur sebagai berikut :
- Peringatan lisan secara kekeluargaan, maksimal 2 kali.
- Teguran tertulis 1 kali.
- Peringatan tertulis 1 kali
- Pencabutan amanat dari yang bersangkutan.

BAB IV
KRITERIA DAN SYARAT PENGANGKATAN

Pasal 4
Kriteria pengangkatan Kepala Sekolah dan pengurus:
1. Sehat jasmani dan mental.
2. Berakhlaqul karimah.
3. Memiliki loyalitas dan bertanggungjawab kepada lembaga.
4. Bisa menjadi teladan bagi siswa/santri.
5. Bagi Kepala Madrasah minimal telah mengabdi selama 2 tahun

BAB V
MASA JABATAN

Pasal 5
1. Kepala Madrasah masa jabatannya adalah 2 tahun berlaku untuk semua tingkatan di Madrasah Diniyah An Nur.
2. Kepala Madrasah dapat dipilih kembali melalui prosedur yang telah ditetapkan untuk satu kali priode .
3. Kepala Madrasah yang telah menjabat dua kali priode tidak dapat dipilih kembali kecuali setelah berakhirnya masa jabatan kepala madrasah yang baru (yakni setelah 2 tahun kemudian).



BAB VI
RAPAT-RAPAT
Pasal 6
Rapat-rapat yang diselenggarakan di Madrasah Diniyah An Nur terdiri dari:
1. Rapat istimewa
2. Rapat kerja Pengurus
3. Rapat bulanan
4. Rapat tri wulan
5. Rapat tahunan.
6. Rapat Insidental
7. Sidang kelulusan dan kenaikan kelas

Pasal 7
Rapat istimewa
1. Rapat istimewa Madrasah Diniyah An Nur dihadiri oleh seluruh dewan guru dan pengurus Madrasah.
2. Rapat istimewa Madrasah Diniyah An Nur diadakan tiap dua tahun sekali pada awal tahun ajaran.
3. Rapat istimewa Madrasah Diniyah An Nur syah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya separuh lebih satu dari jumlah peserta yang syah.
4. Rapat istimewa Madrasah Diniyah An Nur membicarakan tentang:
a. Penetapan atau perubahan AD-ART
b. Pengangkatan pengurus madrasah Diniyah yang baru
c. Laporan pertanggung jawaban pengurus
d. Strategi pengembangan Madrasah Diniyah An Nur
e. Program lembaga untuk periode yang akan datang
f. Menetapkan sistem pendidikan dan pengajaran

Pasal 8
Rapat Kerja Pengurus

1. Raker dilaksanakan oleh kepala sekolah dan jajaran wakamad serta Tata usaha madrasah
2. Raker memiliki kewenangan:
a. Membuat dan menetapkan rencana kerja berdasarkan program kerja yang diputuskan di rapat tahunan Madrasah Diniyah An Nur.
b. Membuat Jadwal pelajaran
c. Membuat Kalender pendidikan madrasah
d. membentuk wali kelas
.
Pasal 9
Rapat bulanan
1. Rapat bulanan dilaksanakan setiap bulan sekali pada tanggal 1-5 di aula Madrasah Diniyah An Nur.
2. Rapat bulanan dihadiri oleh semua pengurus Madrasah dan seluruh dewan asatidz.
3. Rapat bulanan dilaksanakan sebagai evaluasi kerja bulanan, baik yang berubungan dengan keaktifan siswa, guru dan proses belajar mengajar.

Pasal 10
Rapat Tri Wulan
1. Rapat tri wulan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali.
2. Rapat tri wulan dihadiri oleh pengurus dan seluruh dewan asatidz
3. Rapat triwulan dilaksanakan untuk membahas tentang :
a. pembentukan panitia ujian catur wulan,
b. sumbangan ujian bagi siswa
c. RAPBU (Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja Ujian)
d. pelaksanaan dan segala bentuk tekniks ujian.
.
Pasal 11
Rapat Tahunan
1. Rapat tahunan dilaksanakan setiap satu tahun sekali pada awal tahun ajaran di Madrasah Diniyah An Nur.
2. Rapat tahunan dihadiri oleh semua pengurus dan seluruh dewan guru di Madrasah Diniyah An Nur.
3. Rapat tahunan dilaksanakan untuk membahas tentang :
a. penyampaian program tahunan,
b. kurikulum madrasah
c. pembagian tugas dan jadwal bagi dewan guru


Pasal 12
Rapat Insidental

Rapat Insidental adalah rapat yang dilaksanakan sewaktu-waktu apabila diperlukan.


Pasal 13
Sidang kelulusan dan kenaikan kelas
1. sidang kelulusan dan kenaikan kelas diadakan pada akhir tahun pelajaran
2. sidang ini dihadiri oleh semua pengurus harian dan seluruh jajaran wali kelas
3. sidang ini membahas tentang :
a. kenaikan kelas dan kelulusan bagi siswa kelas VI Ibtidaiyah dan kelas III Ts.
b. siswa yang mempunyai nilai rata-rata dibawah standar minimal kelulusan dan standar minimal naik kelas (5,1 dan 5,2 )

BAB VII
QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pasal 14
1. Musyawarah dan rapat-rapat seperti tersebut dalam pasal di atas ini adalah sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah peserta.
2. Pengambilan keputusan pada dasarnya diusahakan semaksimal mungkin secara musyawarah untuk mufakat dan apabila hal ini tidak tercapai maka keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak (voting).
3. Keputusan mengenai pemilihan seseorang dilaksanakan secara bebas dan rahasia.
4. Apabila dalam hal pemilihan terdapat suara yang seimbang, maka pemilihan diulang kembali.
5. Manakala dalam pemilihan kedua masih terdapat suara yang sama, maka akan ditentukan dengan mekanisme undi (qur’ah) yang dipimpin pimpinan sidang dengan asas musyawarah dan kekeluargaan.


BAB VIII
KODE ETIK GURU
Pasal 15

1) Disiplin waktu.
2) Menjaga keaktifan Sekolah/Madrasah.
3) Berkewajiban menyampaikan materi sesuai kurikulum.
4) Tidak merokok saat mengajar.
5) Jika terpaksa udzur, hendaklah mengajukan surat ijin terlebih dahulu dan atau memberi tugas.
6) Menjaga nama baik dan citra madrasah.
7) Hadir pada rapat, dan pertemuan-pertemuan lain dengan disiplin.
8) Mematuhi dan menghormati semua tata tertib yang telah ditetapkan madrasah.
9) Berpakaian rapi dan sopan



BAB IX
PERUBAHAN DAN PERALIHAN
Pasal 16

1. Perubahan ART ini hanya dapat dilakukan oleh Sidang Umum Madrasah Diniyah An Nur.
2. Keputusan ART baru sah apabila disetujui oleh 2/3 jumlah peserta yang sah.
3. Kekayaan Madrasah An Nur setelah pembubaran diserahkan kepada yayasan Al Muntahy.



BAB X
PENUTUP
Pasal 17

1. Hal-hal yang belum diatur dalam ART ini akan ditetapkan oleh pengurus dalam peraturan Organisasi.
2. ART ini ditetapkan oleh Rapat tahunan Madrasah Diniyah An Nur sejak tanggal ditetapkan


Ditetapkan di : Banyuates
Tanggal : Agustus 2012 M
Syawal 1433 H
Pukul. : 11.00 WIB



Presidium Sidang I : H.Mu'tasim Billah AZ Presidium Sidang II : Hasan Basri, S.Pd.I


Menyetujui,
Ketua Yayasan Al Muntahy



KH. Zainal Abidin Muntaha

Minggu, 09 Desember 2012

Pedoman Teknis

PEDOMAN TEKNIS PENYELENGGARARAAN PENDIDIKAN
MADRASAH DINIYAH ANNUR









ALAMAT : JL. KH. MUNTAHA KEMBANG JERUK BANYUATES SAMPANG



منهج المدارس الدينية " ألنور "
Kurikulum Madrasah Diniyah " An Nur "
Tahun Pelajaran 1432/1433 H
(Tingkat Ibtidaiyah)

الفصل الاول


تخصيص وقت فى الاسبوع
الكتب
مجال الدراسة
النمرة
ساعة واحدة
سفينة الصلاة
الفقه
1
ساعة واحدة
جز عم
القران
2
ساعتين
توحيد المنتهي
توحيد
3
ساعة واحدة
اقرأ
املاء (تحسين الخط)
4
ساعة واحدة
المفردات
لغة العربية
5


الفصل الثاني

تخصيص وقت فى الاسبوع
الكتب
مجال الدراسة
النمرة
ساعة واحدة
المبادئ الفقهية 2
الفقه
1
ساعة واحدة
هداية الصبيان
القران
2
ساعة واحدة
عقيدة العوام
توحيد
3
ساعة واحدة
رسالة النحوية
نحو
4
ساعة واحدة
الامثلة التصريفية
صرف
5
ساعة واحدة
محادثة
لغة العربية
6
ساعة واحدة
سيرة النبي وأخلاقه
تاريخ
7


الفصل الثالث

تخصيص وقت فى الاسبوع
الكتب
مجال الدراسة
النمرة
ساعة واحدة
مبادئ الفقه 3
الفقه
1
ساعة واحدة
عقيدة الإسلامية
توحيد
2
ساعتين
متن الجرومية
نحو
3
ساعتين
الأمثلة التصريفية
صرف
4
ساعة واحدة
الأخلاق للبنين
أخلاق 1
5
ساعة واحدة
الأخلاق للبنات
أخلاق 2
6
ساعة واحدة
تحفة الاطفال
تجويد
7
ساعة واحدة
خلاصة نور اليقين 1
تاريخ
8

الفصل الرابع
تخصيص وقت فى الاسبوع
الكتب
مجال الدراسة
النمرة
ساعتين
متن الغاية والتقريب
الفقه
1
ساعتين
شرح مختصر جدا
نحو
2
ساعتين
الأمثلة التصريفية
صرف
3
ساعة واحدة
لباب الحديث
حديث
4
ساعتين
خمسة متون
توحيد
5
ساعة واحدة
الأخلاق للبنين
أخلاق 1
6
ساعة واحدة
الأخلاق للبنات
أخلاق 2
7
ساعة واحدة
الجزرية
تجويد
8
ساعة واحدة
خلاصة نور اليقين 2
تاريخ
9
الفصل الخامس
تخصيص وقت فى الاسبوع
الكتب
مجال الدراسة
النمرة
ساعتين
الياقوة النفيس
الفقه
1
ساعتين
عمريطي
نحو
2
ساعتين
الكيلاني
صرف
3
ساعة واحدة
الأربعين النووي
حديث
4
ساعتين
خمسة متون
توحيد
5
ساعة واحدة
تيسير الخلاق
أخلاق
6
ساعة واحدة
قواعد الاعلال
اعلال
7
ساعة واحدة
الجزرية
تجويد
8
ساعة واحدة
خلاصة نور اليقين 3
تاريخ
9


الفصل السادس
تخصيص وقت فى الاسبوع
الكتب
مجال الدراسة
النمرة
ساعتين
فتح القريب الجزء الأول
الفقه
1
ساعتين
الفية (مرجع السالك)
نحو
2
ساعتين
نظم المقصود
صرف
3
ساعة واحدة
الترغيب والترهيب
حديث
4
ساعة واحدة
جواهر الكلامية
توحيد
5
ساعة واحدة
تعليم المتعلم
أخلاق
6
ساعتين
قواعد اللغة
بلاغة
7
الفصل الأول الثانوية

تخصيص وقت فى الاسبوع
الكتب
مجال الدراسة
النمرة
ساعتين
فتح التقريب
الفقه
1
ساعتين
الفية / مرجع السلك
نحو
2
ساعة واحدة
مصطلح الحديث
علم الحديث
3
ساعة واحدة
بلوغ المرام
حديث
4
ساعتين
الدسوقي
توحيد
5
ساعة واحدة
جوهر المكنون
بلاغة
6
ساعة واحدة
ورقات
أصول الفقه
7
ساعة واحدة
الفرائض
فرائض
8
ساعتين
قواعد الفقه
قواعد الفقه
9
ساعتين
تفسير جلالين
تفسير
10
ساعة واحدة
فتح التقريب
قرأة الكتاب
11

الفصل الثاني الثانوية

تخصيص وقت فى الاسبوع
الكتب
مجال الدراسة
النمرة
ساعتين
فتح التقريب
الفقه
1
ساعتين
الفية / مرجع السلك
نحو
2
ساعة واحدة
مصطلح الحديث
علم الحديث
3
ساعة واحدة
بلوغ المرام
حديث
4
ساعتين
الدسوقي
توحيد
5
ساعة واحدة
جوهر المكنون
بلاغة
6
ساعة واحدة
اللمع
أصول الفقه
7
ساعة واحدة
الفرائض
فرائض
8
ساعتين
قواعد الفقه
قواعد الفقه
9
ساعتين
تفسير جلالين
تفسير
10
ساعة واحدة
فتح التقريب
قرأة الكتاب
11

الفصل الثالث الثانوية

تخصيص وقت فى الاسبوع
الكتب
مجال الدراسة
النمرة
ساعتين
فتح التقريب
الفقه
1
ساعتين
الفية / مرجع السلك
نحو
2
ساعة واحدة
مصطلح الحديث
علم الحديث
3
ساعة واحدة
بلوغ المرام
حديث
4
ساعتين
الدسوقي
توحيد
5
ساعة واحدة
جوهر المكنون
بلاغة
6
ساعة واحدة
اللمع
أصول الفقه
7
ساعة واحدة
إيضاح المبهم
المنطق
8
ساعتين
قواعد الفقه
قواعد الفقه
9
ساعتين
تفسير جلالين
تفسير
10
ساعة واحدة
فتح التقريب
قرأة الكتاب
11
Kelas :III
الحدود
الدور
مجال الدراسة
النمرة
انتهاء
ابتداء
الحيض والنفاس
باب أصول الإسلام
الأول
الفقه
1
صلاة المسافر
الحيض والنفاس
الثاني
باب الصوم
صلاة المسافر
الثالث


معرفة الرسول
أول الكتاب
الأول
عقيدة الإسلامية
2
معرفة يوم القيامة
معرفة الرسول
الثاني
آخر الكتاب
معرفة يوم القيامة
الثالث


المفعول الذي لم يسم فاعله
أول الكتاب
الأول
نحو
3
خبر كان وأخواتها
المفعول الذي لم يسم فاعله
الثاني
آخر الكتاب
خبر كان وأخواتها
الثالث


باب الأول من الرباعي المجرد والملحق
أول الكتاب
الأول
صرف
4
ينقل الثلاثي إلى وزن تفاعل
باب الأول من الرباعي المجرد والملحق
الثاني
ينقل الثلاثي إلى وزن افتعل
ينقل الثلاثي إلى وزن تفاعل
الثالث


الباب الثامن
أول الكتاب
الأول
الأخلاق للبنين
5
الباب الثالث عشر
الباب الثامن
الثاني
آخر الكتاب
الباب الثالث عشر
الثالث


باب السادس
أول الكتاب
الأول
الأخلاق للبنات
6
الباب الحادي حشر
باب السادس
الثاني
آخر الكتاب
الباب الحادي عشر
الثالث


أحكام الميم الساكنة
أول الكتاب
الأول
تجويد
7
أحكام المد
أحكام الميم الساكنة
الثاني
آخر الكتاب
أحكام المد
الثالث


مجيئ قريش لأبي طالب
أول الكتاب
الأول
التاريخ
8
إسراؤه ومعراجه
مجيئ قريش لأبي طالب
الثاني
آخر الكتاب
إسراؤه ومعراجه
الثالث



Kelas :IV
الحدود
الدور
الفنون
النمرة
انتهاء
ابتداء
فصل ونصاب الذهب
أول الكتاب
الأول
الفقه
1
أحكام الحدود
فصل ونصاب الذهب
الثاني
آخر الكتاب
أحكام الحدود
الثالث


غزوة الخندق
أول الكتاب
الأول
التاريخ
2
العفو عند المقدورة
غزوة الخندق
الثاني
آخر الكتاب
العفو عند المقدورة
الثالث


متن الجوهرة
أول الكتاب
الأول
خمسة متون
3
البيت " واجزم بمعراج النبي
متن الجوهرة
الثاني
متن السنوسي
البيت " واجزم بمعراج النبي
الثالث


الباب الثاني عشر
أول الكتاب
الأول
حديث
4
الباب التاسع والعشرون
الباب الثاني عشر
الثاني
آخر الكتاب
الباب التاسع والعشرون
الثالث


باب الأفعال
أول الكتاب
الأول
محتصر
5
باب المبتدإ والخبر
باب الأفعال
الثاني
آخر باب البدل
باب المبتدإ والخبر
الثالث


البيت " صفتها جهر ورخو مشتمل
أول الكتاب
الأول
تجويد
6
فاحرص على الشدات
البيت " صفتها جهر ورخو مشتمل
الثاني
وراع شدة بكاف وبتا
فاحرص على الشدات
الثالث


تصريف اللغوي
ينقل الثلاثي الى وزن انفعل
الأول
الأمثلة التصريفية
7
فعل متصل بضمير رفع
تصريف اللغوي
الثاني
آخر الكتاب
فعل متصل بضمير رفع
الثالث


آداب الأكل مع الإنفراد
أول الكتاب
الأول
الأخلاق للبنين
8
آداب زيارة التعزية
آداب الأكل مع الإنفراد
الثاني
آخر الكتاب
آداب زيارة التعزية
الثالث


آداب الأكل مع الإجتماع
أول الكتاب
الأول
الأخلاق للبنات
9
آداب السفر
آداب الأكل مع الإجتماع
الثاني
آخر الكتاب
آداب السفر
الثالث




Kelas : V
الحدود
الدور
الفنون
النمرة
انتهاء
ابتداء
القصر بالسفر
أول الكتاب
الأول
الفقه
1
القرض
القصر بالسفر
الثاني
صورة الوقف
القرض
الثالث


الدرس الرابع عشر
أول الكتاب
الأول
التاريخ
2
الدرس السابع والعشرون
الدرس الرابع عشر
الثاني
آخر الكتاب
الدرس السابع والعشرون
الثالث


آخره
متن السنوسي
الأول
خمسة متون
3
آخره
متن الخردية
الثاني
آخر الكتاب
متن الشيبانية
الثالث


الحديث الرابع عشر
أول الكتاب
الأول
الأربعين النووي
4
الحديث التاسع والعشرون
الحديث الرابع عشر
الثاني
آخر الكتاب
الحديث التاسع والعشرون
الثالث


فصل " المعربات "
أول الكتاب
الأول
عمريطي
5
ظن وأخواتها
فصل " المعربات "
الثاني
آخر الكتاب
ظن وأخواتها
الثالث


فصل في المد وأقسامه
أول الكتاب
الأول
تجويد
6
وكل ماسألتموه واختلف
فصل في المد وأقسامه
الثاني
آخر الكتاب
وكل ماسألتموه واختلف
الثالث


فصل في المضاعف
أول الكتاب
الأول
الكيلاني
7
ويسقط الجازم والناصب ( ص : 35 )
فصل في المضاعف
الثاني
آخر الكتاب
ويسقط الجازم والناصب ( ص : 35 )
الثالث


آداب المجالس
أول الكتاب
الأول
تيسير الخلاق
8
المروءة
آداب المجالس
الثاني
آخر الكتاب
المروءة
الثالث


القاعدة الحادية عشرة
أول الكتاب
الأول
الإعلال
9
القاعدة السابعة عشرة
القاعدة الحادية عشرة
الثاني
آخر الكتاب
القاعدة السابعة عشرة
الثالث


Kelas : VI
الحدود
الدور
الفنون
النمرة
انتهاء
ابتداء

أول الكتاب
الأول
فتح القريب الجزء الأول
1


الثاني


الثالث



أول الكتاب
الأول
بلاغة
2


الثاني


الثالث


إعتقاد العلماء العلام في الإنجيل المتداوى
أول الكتاب
الأول
جواهر الكلامية
3
كيف اعتقادك بحشر الأجساد
إعتقاد العلماء العلام في الإنجيل المتداوى
الثاني
آخر الكتاب
كيف اعتقادك بحشر الأجساد
الثالث


كتاب الحج
أول الكتاب
الأول
الترغيب والترهيب
4
الترهيب من الأبلاء
كتاب الحج
الثاني
آخر المكتاب
الترهيب من الأبلاء
الثالث


المعرف بأداة التعريف
أول الكتاب
الأول
ابن عقيل
5
إن وأخواتها
المعرف بأداة التعريف
الثاني
آخر نائب الفاعل
إن وأخواتها
الثالث


سبحان الذي خلق ... الآية
أول الكتاب
الأول
تفسير حمامي
6
هم وأزواجهم ... الآية
سبحان الذي خلق ... الآية
الثاني
آخر الكتاب
هم وأزواجهم ... الآية
الثالث


فصل في أبنية المضارع مع المعلوم
أول الكتاب
الأول
نظم المقصود
7
فصل في حروف العلة وأحكامها
فصل في أبنية المضارع مع المعلوم
الثاني
آخر الكتاب
فصل في حروف العلة وأحكامها
الثالث


فصل في تعظيم العلم وأهله
أول الكتاب
الأول
تعليم المتعلم
8
فصل في التوكل
فصل في تعظيم العلم وأهله
الثاني
آخر الكتاب
فصل في التوكل
الثالث









Kelas I Tsanawiyah

NO
MATA PELAJARAN
CAWU
BATAS
Awal
Akhir
1
تفسير الجلالين
I
اول الكتاب
واذ قلتم يا موسى ص 8
II
واذ قلتم يا موسى ص 8
واتبعوا ماتتلواالسياطين ص15


III
واتبعوا ماتتلواالسياطين ص 15
آخرجز ءالاول
2
بلوغ المرام
I
اول الكتاب
باب الاذان
II
باب الاذان
باب صلاة التطوع


III
باب صلاة التطوع
آخر باب اللباس
3
الدسوقي
I
اول الكتاب
اعلم ان حكم .... ص 30
II
اعلم ان حكم .... ص 30
ومع انا نقول ....


III
ومع انا نقول ....
أخر صفة بقاء ص 81
4
فتح القريب
I
باب البيوع
آخر في الشركة
II
فصل في احكام الوكالة
آخر احكام احياء الموات


III
كتاب احكام الوقف
آخر احكام الوصية
5
ابن عقيل
I
باب الاشتغال
اخير استشنأ
II
باب حال
اخير مضاف الى ياء


III
اعمال المصدر
اخير افعال التفضيل
6
جوهر المكنون
I
اول الكتاب
وحافط تأدية المعاني .....
II
وحافط تأدية المعاني .....
ووجبت قرينة لفظية.....


III
ووجبت قرينة لفظية.....
ونكروا افرادا اوتكثيرا.....
7
قواعد الاساسية
I
اول الكتاب
موقف
II
موقف
الصحابة


III
الصحابة
اخير الكتاب
8
إيضاح القواعد الفقهية
I
اول الكتاب
واما حقيقتها(18)
II
واما حقيقتها(18)
تنيبه (31)


III
تنيبه (31)
اخير قاعدة رابعة
9
الورقات
I
اول الكتاب
والامر بايجاد الفعل(10)
II
والامر بايجاد الفعل(10)
فصل في التعارض


III
فصل في التعارض
آخر الكتاب
10
فرآئض
I
اول الكتاب
والربع فرض الزوج البيت...
II
والربع فرض الزوج البيت...
ونصفها بالجهات البيت....


III
ونصفها بالجهات البيت....
آخر باب حجب

Kelas II Tsanawiyah

NO
MATA PELAJARAN
CAWU
BATAS
Awal
Akhir
1
تفسير الجلالين
I
اول جزء الثاني
واذا سألك عبادي عني فإني .. الاية
II
واذا سألك عبادي عني فإني... الاية
ولاتنكحوا المشركات حتى ...الاية


III
ولاتنكحوا المشركات حتى ...الاية
آخرجز ءالثاني
2
بلوغ المرام
I
كتاب الجنائز
وجوه الاحرام وصفاته
II
وجوه الاحرام وصفاته
باب صلاة التطوع


III
باب الغصب
آخر باب القسم
3
الدسوقي
I
ومخالفته للحوادث ص 82
والعلم متعلق بجميع الواجبات ص 105
II
والعلم متعلق بجميع الواجبات ص 105
وكذا يستحيل عليه تعالى ص 133


III
وكذا يستحيل عليه تعالى ص 133
أخر واما برهان وجوب قيامه تعالى
4
فتح القريب
I
أحكام النكاح
آخر في احكام القسم والنشوز
II
فصل في احكام الطلاق
آخر احكام المعتدة


III
كتاب احكام الاستبرآء
آخر احكام القسامة
5
ابن عقيل
I
باب النعت
تابع المنادى
II
تابع المنادى
إعراب الفعل


III
إعراب الفعل
آخر حكاية
6
جوهر المكنون
I
ونكروا افرادا اوتكثيرا.....
آخر البيت وصيغة الماضي لآت اوردوا
II
باب الثالث المسند
الباب الخامس القصر


III
الباب الخامس القصر
الفن الثاني علم البيات
7
البيقونية
I
اول الكتاب
اولها صحيح وهو ...
II
اولها صحيح وهو ...ص 15
وكل ما عن رتية ... ص 30


III
وكل ما عن رتية ... ص 30
اخير فوائدص 75
8
إيضاح القواعد الفقهية
I
قاعدة رابعة ص 42
تتمة ص 55
II
تتمة ص 55
قاعدة عاشرة ص68


III
قاعدة عاشرة ص68
آخر القاعة 22 ص 78
9
اللمع
I
اول الكتاب
باب القول في النهي
II
باب القول في النهي
فصل واما اذا علق الحكم بغاية


III
فصل واما اذا علق الحكم بغاية
آخر وان تعارضا قول وفعل
10
فرآئض
I
احكام الجد
والثمن ان كان...
II
والثمن ان كان...
وان ترى الكسر على ....


III
وان ترى الكسر على ....
آخر الكتاب


Kelas III Tsanawiyah

NO
MATA PELAJARAN
CAWU
BATAS
Awal
Akhir
1
تفسير الجلالين
I
اول جزء الثالث
وان كنتم على سفر فلم تجدوا كاتبا
II
وان كنتم على سفر فلم تجدوا كاتبا
هنالك دعا زكريا ربه


III
هنالك دعا زكريا ربه
آخرجز ءالثالث
2
بلوغ المرام
I
باب الخلع
كتاب الحدود
II
كتاب الحدود
كتاب الايمان


III
كتاب الايمان
آخر الكتاب
3
الدسوقي
I
برهان وجوب وحدنية ص 161
دليل وجوب أعراض البشرية
II
دليل وجوب أعراض البشرية
ويأخد منه ص 212


III
ويأخد منه ص 212
آخر الكتاب
4
فتح القريب
I
أحكام الحدود
آخر في احكام الجزية
II
كتاب احكام الصيد الخ
آخر احكام النذور


III
كتاب احكام الاقضية
آخر الكتاب
5
الفية
I
التأنيث
التصغير
II
التصغير
التصريف


III
التصريف
اخير الكتاب
6
جوهر المكنون
I
الفن الثاني علم البيات
وباعتبار جامع قريبه .....
II
وباعتبار جامع قريبه .....
الضرب الثاني اللفظي


III
الضرب الثاني اللفظي
اخير كتاب
7
البيقونية
I
فوائد ص 43
وكل ما لم يتصل بحال
II
وكل ما لم يتصل بحال
وذواختلاف سناد ومتن


III
وذواختلاف سناد ومتن
اخير الكتاب
8
إيضاح القواعد الفقهية
I
قاعدة 23 ص 79
قاعدة 38 ص91
II
قاعدة 38 ص91
قاعدة 10 ص 104


III
قاعدة 10 ص 104
آخر الكتاب
9
اللمع
I
باب الاقرار والسكوتي
باب الاجماع بعد الخلاف
II
باب الاجماع بعد الخلاف
بيان ما يفسد العلة


III
بيان ما يفسد العلة
آخر الكتاب
10
علم منطق
I
اول الكتاب
مباحث الالفاظ
II
نسبة الالفاظ
القياس


III
الاشكال
آخر الكتاب
SYARAT KENAIKAN KELAS DAN KELULUSAN
MADRASAH IBTIDAIYAH DINIYAH AN NUR
TAHUN PELAJARAN 1432/1433 H.



Kelas I :

a. Telah mengikuti proses belajar mengajar (PBM) dengan prosentase kehadiran 70 %.
b. Mengikuti Ujian Catur Wulan I, II dan III (Kecuali bagi siswa baru pada pertengahan tahun pelajaran,disesuaikan).
c. Mempunyai nilai terakhir / Indek Prestasi (IP) 53,00.
d. Tidak melanggar aturan madrasah yang dianggap mencemarkan nama baik madrasah.


Kelas II :

a. Telah mengikuti proses belajar mengajar (PBM) dengan prosentase kehadiran 70 %.
b. Mengikuti Ujian Catur Wulan I, II dan III (Kecuali bagi siswa baru pada pertengahan tahun pelajaran,disesuaikan).
c. Mempunyai nilai terakhir / Indek Prestasi (IP) 53,00.
d. Tidak melanggar aturan madrasah yang dianggap mencemarkan nama baik madrasah.



Kelas III :

a. Telah mengikuti proses belajar mengajar (PBM) dengan prosentase kehadiran 70 %.
b. Mengikuti Ujian Catur Wulan I, II dan III (Kecuali bagi siswa baru pada pertengahan tahun pelajaran,disesuaikan).
c. Mempunyai nilai terakhir / Indek Prestasi (IP) 53,00.
d. Tidak melanggar aturan madrasah yang dianggap mencemarkan nama baik madrasah.
e. Telah lulus setoran muhafadloh kitab Amtsilatut tasrifiyah 100 %. Yaitu : mulai dari Bab pertama (Fa’ala yaf’ulu) sampai pada Bab Ifti’al. Dengan rincian sbb:
Cawu I : 57 bait tasrif
II : 57 bait tasrif
III : 57 bait tasrif

Kelas IV :

a. Telah mengikuti proses belajar mengajar (BM) dengan prosentase kehadiran 70 %.
b. Mengikuti Ujian Catur Wulan I, II dan III (Kecuali bagi siswa baru pada pertengahan tahun pelajaran,disesuaikan).
c. Mempunyai nilai terakhir / Indek Prestasi (IP) 53,00.
d. Tidak melanggar aturan madrasah yang dianggap mencemarkan nama baik madrasah.
e. Telah lulus setoran muhafadloh kitab Amtsilatut tasrifiyah 100 %. Yaitu : mulai dari Bab Infial sampai pada akhir kitab. Dengan rincian sbb:
Cawu I : 59 bait tasrif
II : 58 bait tasrif
III : 58 bait tasrif


Kelas V :

a. Telah mengikuti proses belajar mengajar (PBM) dengan prosentase kehadiran 70 %.
b. Mengikuti Ujian Catur Wulan I, II dan III (Kecuali bagi siswa baru pada pertengahan tahun pelajaran,disesuaikan).
c. Mempunyai nilai terakhir / Indek Prestasi (IP) 53,00.
d. Tidak melanggar aturan madrasah yang dianggap mencemarkan nama baik madrasah.
e. Telah lulus setoran muhafadloh kitab Amrithi 100 %. Yaitu : 150 bait. Dengan rincian sbb:
Cawu I : 50 bait
II : 50 bait
III : 50 bait

Kelas VI :

a. Telah mengikuti proses belajar mengajar (PBM) dengan prosentase kehadiran 70 %.
b. Mengikuti Ujian Catur Wulan I, II dan III (Kecuali bagi siswa baru pada pertengahan tahun pelajaran,disesuaika).
c. Mempunyai nilai terakhir / Indek Prestasi (IP) 53,00.
d. Tidak melanggar aturan madrasah yang dianggap mencemarkan nama baik madrasah.
e. Telah lulus mengikuti Ujian Akhir Madrasah /Imtihan Niha’I (IMNI)
f. Mempunyai bukti telah melakukan sorogan dari pembimbing masing-masing.
g. Telah dinyatakan lulus Tes Baca Al Qur’an dari tim penguji Al Qur’an.
h. Telah lulus setoran muhafadloh kitab Alfiyah 100 %. Yaitu : 210 Bait. Dengan rincian sbb:
Cawu I : 70 bait
II : 70 bait
III : 70 bait


Kelas I Ts

a. Telah mengikuti proses belajar mengajar (PBM) dengan prosentase kehadiran 70 %.
b. Mengikuti Ujian Catur Wulan I, II dan III (Kecuali bagi siswa baru pada pertengahan tahun pelajaran,disesuaika).
c. Mempunyai nilai terakhir / Indek Prestasi (IP) 53,00.
d. Tidak melanggar aturan madrasah yang dianggap mencemarkan nama baik madrasah.
e. Telah lulus mengikuti Ujian Akhir Madrasah /Imtihan Niha’I (IMNI)
f. Mempunyai bukti telah melakukan sorogan dari pembimbing masing-masing.
g. Telah dinyatakan lulus Tes Baca Al Qur’an dari tim penguji Al Qur’an.
h. Telah lulus setoran muhafadloh kitab Alfiyah 100 %. Yaitu : 210 Bait. Dengan rincian sbb:
Cawu I : 70 bait
II : 70 bait
III : 70 bait


Kelas II Ts :

a. Telah mengikuti proses belajar mengajar (PBM) dengan prosentase kehadiran 70 %.
b. Mengikuti Ujian Catur Wulan I, II dan III (Kecuali bagi siswa baru pada pertengahan tahun pelajaran,disesuaika).
c. Mempunyai nilai terakhir / Indek Prestasi (IP) 53,00.
d. Tidak melanggar aturan madrasah yang dianggap mencemarkan nama baik madrasah.
e. Telah lulus mengikuti Ujian Akhir Madrasah /Imtihan Niha’I (IMNI)
f. Mempunyai bukti telah melakukan sorogan dari pembimbing masing-masing.
g. Telah dinyatakan lulus Tes Baca Al Qur’an dari tim penguji Al Qur’an.
h. Telah lulus setoran muhafadloh kitab Alfiyah 100 %. Yaitu : 210 Bait. Dengan rincian sbb:
Cawu I : 70 bait
II : 70 bait
III : 70 bait

Kelas III Ts :

a. Telah mengikuti proses belajar mengajar (PBM) dengan prosentase kehadiran 70 %.
b. Mengikuti Ujian Catur Wulan I, II dan III (Kecuali bagi siswa baru pada pertengahan tahun pelajaran,disesuaika).
c. Mempunyai nilai terakhir / Indek Prestasi (IP) 53,00.
d. Tidak melanggar aturan madrasah yang dianggap mencemarkan nama baik madrasah.
e. Telah lulus mengikuti Ujian Akhir Madrasah /Imtihan Niha’I (IMNI)
f. Mempunyai bukti telah melakukan sorogan dari pembimbing masing-masing.
g. Telah dinyatakan lulus Tes Baca Al Qur’an dari tim penguji Al Qur’an.
h. Telah lulus setoran muhafadloh kitab Alfiyah 100 %. Yaitu : 210 Bait. Dengan rincian sbb:
Cawu I : 70 bait
II : 70 bait
III : 70 bait

















Tata Tertib Siswa Madrasah Diniyah "An Nur"
Kembang Jeruk Banyuates Sampang


A. KEWAJIBAN-KEWAJIBAN

Siswa Wajib :
1. Menjaga nama baik dan almamater madrasah
2. Berpakaian rapi sopan dan menggunakan lengan panjang
3. Hadir di madarasah sebelum bel masuk berbunyi
4. siswa yang terlambat masuk wajib lapor kepada guru kelas yang bersangkutan
5. Waktu pergantian jam pelajaran siswa tidak boleh ada di luar kelas
6. Siswa yang berhalangan masuk wajib memberi informasi tertulis yang diketahui oleh orang tua {wali murid} atau pengurus pondok.
7. Menghormati guru/ustadz di dalam kelas maupun diluar kelas
8. mentatati segala peraturan yang telah berlaku di madrasah
9. membayar SPP {Syahriyah} sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan
10. Mengikuti pembelajaran {KBM} minimal 70%

B. LARANGAN-LARANGAN

Siswa dilarang
1. 2 x berturut-turut tidak masuk sekolah tanpa izin.
2. Membolos atau pulang sekolah tanpa izin
3. Terlambat mengembalikan raport
4. Tidak masuk madrasah tanpa keterangan
5. Merubah data di buku raport.
6. Memalsukan tanda tangan kepala madrasah.
7. Berambut panjang, dikuncir, memakai kalung, gelang, dan anting bagi laki-laki
8. Merokok, mengkonsumsi narkoba atau obat-obat terlarang lainnya
9. Berkelahi baik perorangan maupun kelompok.
10. Membuang sampah tidak pada tempatnya.
11. Corat-coret dinding bangunan dan lain-lain.
12. Berbicara kotor, mengumpat, menggunjing atau menghina antara warga madrasah.
13. Membawa senjata tajam.
14. Membawa, membaca atau mengedarkan bacaan, sketsa, gambar, audio, atau video pornografi.
15. Membawa kartu dan berjudi di lingkungan madrasah.
16 Membawa HP.
17. Mengancam keselamatan siswa, guru, atau pengurus. .
18. Menantang, berani atau melecehkan guru atau staf.
19. Mencuri, merampas, meminta dengan paksa milik orang lain. . .
20. Merusak sarana dan prasarana di madrasah.
21. Tidak mengindahkan perintah kepala madrasah, guru dan pengurus.
22. Bersikap tidak sopan kepada kepala madrasah, guru dan pengurus.
23. Melompat, menerobos jendela dan mengganggu KBM. .
24. Makan dan minum, tidur di kelas saat pelajaran.
25. Keluar kelas saat pergantian pelajaran tanpa izin.
26. Lain-lain ( yang tidak sesuai dengan ethika agama )


C. SANKSI-SANKSI

1. Pelanggaran ringan : peringatan lisan

2. Pelanggaran sedang :
a. peringatan tertulis
b. dikembalikan ke peraturan yang berlaku di Pesantren.

3. Pelanggaran berat
Diberhentikan dengan tidak terhormat (dikeluarkan ) dari madrasah





PENDAFTARAN DAN PENERIMAAN SISWA BARU
MADRASAH DINIYAH AN NUR
KEMBANG JERUK BANYUATES SANMPANG




A. Syarat-Syarat Pendaftaran

1. Diantar oleh orang tua / walinya (selain santri)
2. Mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan oleh Panitia Penerimaan Siswa Baru (PPSB)
3. ijazah tingkat ibtidaiyah (untuk siswa tsanawiyah)
4. Menyerahkan pas foto 3x4 sebanyak 4 lembar
5. Membayar uang pendaftaran sebesar Rp.10.000
6. Sanggup melaksanakan semua tata tertib madrasah
7. Setelah dinyatakan lulus tes masuk madrasah maka diharuskan membayar uang pangkal madrasah :
a. Ibtidaiyah Rp. 30.000
b. Tsanawiyah Rp. 45.000

B. Tes Masuk Madrasah

1. Gelombang Pertama : Tanggal 01 s/d 05 Dzul qo'dah
2. Gelombang Kedua : Tanggal 07 s/d 11 Muharram
3. Gelombang Ketiga : Tanggal 10 s/d Jumadil Ula
4. Tes susulan : kondisional



C. Materi Tes


1. Tingkat Ibtidaiyah

a. Kelas I : Tanpa tes


b. Kelas II :

1. Baca al Qur'an
2. Menulis Arab

c. Kelas III

1). Baca Al Qur'an
2). Menulis arab
3). Nahwu (matnul jurumiyah "Bab disesuaikan")
4). Sorrof ( Amtsilatut Tasrifiyah "Bab disesuaikan")
5). Fiqh ubudiyah dasar



d. Kelas IV

1). Baca Al Qur'an
2). Menulis arab
3). Nahwu (matnul jurumiyah "bab disesuaikan")
4). Sorrof ( Amtsilatut Tasrifiyah "bab disesuaikan")
5). Fiqh ubudiyah dasar


e. Kelas V

1). Baca Al Qur'an
2). Menulis arab
3). Nahwu (amriti "Bab disesuaikan")
4). Sorrof ( kailany " Bab disesuaikan")
5). Fiqh (matnuttaqrib "bil qira'ah wat tabyin")
6). Tahfidz nadzom amriti 150 bait
7). Muhadzatsah ammah


f. Kelas VI

1). Baca Al Qur'an
2). Menulis arab
3). Nahwu (amriti separuh terakhir)
4). Sorrof ( kailany separuh terakhir)
5). Fiqh (matnuttaqrib "bil qira'ah wat tabyin")
6). Tahfidz nadzom alfiyah 100 bait pertama
7). Muhadzatsah amah

g. Kelas I Ts.

1). Baca Al Qur'an
2). Menulis arab
3). Nahwu (nadlom alfiyah 200 bait pertama)
4). Sorrof
5). Fiqh (fathul qorib “ Ubudiyah” "bil qira'ah wat tabyin")
6). Balaghah (Lughatul Arabiyah)
7). Muhadzatsah amah

h. Kelas II Ts

1). Baca Al Qur'an
2). Menulis arab
3). Nahwu (nadlom alfiyah 200 bait kedua)
4). Sorrof
5). Fiqh (fathul qorib “ Muamalah” "bil qira'ah wat tabyin")
6). Balaghah (Jauharul maknun awal/ilmul ma’ani)
7). Muhadzatsah amah

i. Kelas III

1). Baca Al Qur'an
2). Menulis arab
3). Nahwu (nadlom alfiyah 200 bait ketiga)
4). Sorrof
5). Fiqh (fathul qorib “ Munakahah” "bil qira'ah wat tabyin")
6). Balaghah (Jauharul Maknun /ilmu al bayan)
7). Muhadzatsah amah